Tanpa Sel Telur dan Sperma, Peneliti Ciptakan Embrio Manusia Sintetis Pertama di Dunia
RIAU24.COM - Sebuah tim peneliti di Amerika Serikat dan Inggris mengklaim telah menciptakan struktur seperti embrio manusia sintetis pertama di dunia dari sel punca tanpa menggunakan sel telur dan sperma.
Peneliti menegaskan, temuan ini bukan bertujuan menciptakan kehidupan, melainkan meminimalkan risiko kegagalan janin.
Struktur seperti embrio ini berada pada tahap paling awal perkembangan manusia.
Artinya, embrio ini belum memiliki jantung atau otak yang berdetak.
Namun para ilmuwan meyakini, suatu hari mereka dapat memajukan pemahaman tentang penyakit genetik atau penyebab keguguran.
"Tidak seperti embrio manusia yang timbul dari fertilisasi in vitro (IVF) dengan kerangka hukum yang mapan, saat ini tidak ada peraturan yang jelas yang mengatur model turunan sel punca dari embrio manusia," ungkap direktur penelitian rekanan di Institut Francis Crick, James Briscoe, melalui pernyataan tertulisnya dikutip dari CNN, Jumat (16/6/2023).
"Ada kebutuhan mendesak untuk peraturan untuk menyediakan kerangka kerja untuk pembuatan dan penggunaan model turunan sel punca dari embrio manusia," ujarnya lebih lanjut.
Profesor biologi dan teknik biologi di CalTech dan University of Cambridge, Zernicka-Goetz, menyebut penelitian ini telah diterima di jurnal ilmiah ternama tetapi belum dipublikasikan.
Ia bersama timnya, sebelumnya telah mendeskripsikan pembuatan model struktur mirip embrio dari sel punca tikus. Dalam hal ini, 'embrioid' menunjukkan permulaan otak, jantung, dan saluran usus setelah sekitar delapan hari perkembangan.
Zernicka-Goetz menjelaskan, struktur mirip embrio ini telah dibuat oleh laboratorium, bertumbuh dari satu sel induk embrionik manusia dan berkembang menjadi tiga lapisan jaringan yang berbeda.
Jaringan ini termasuk sel-sel yang biasanya akan mengembangkan kantung kuning telur, plasenta, dan embrio itu sendiri.
"Saya hanya ingin menekankan bahwa mereka bukanlah embrio manusia," kata Zernicka-Goetz.
"Mereka adalah model embrio, tetapi mereka sangat menarik karena sangat mirip dengan embrio manusia dan jalur yang sangat penting menuju penemuan mengapa begitu banyak kehamilan gagal, karena sebagian besar kehamilan gagal sekitar waktu perkembangan di mana kita membangun. struktur seperti embrio ini," sambungnya.
Para peneliti berharap model embrio ini bisa memecahkan 'rahasia' perkembangan manusia, dalam periode 14 hari setelah pembuahan, yang merupakan batas yang disepakati para ilmuwan untuk mempelajari embrio di laboratorium.
Zernicka-Goetz lebih lanjut mengklaim, penelitiannya tidak bertujuan bukan untuk menciptakan kehidupan, tetapi untuk mencegah risiko keguguran.
Ia juga berharap dengan penelitiannya, ia bisa memahami mengapa embrio terkadang gagal berkembang setelah pembuahan dan implantasi.
Penelitian ini menimbulkan pertanyaan hukum dan etika kritis.
Banyak negara termasuk AS tidak memiliki undang-undang yang mengatur pembuatan atau perawatan embrio sintetis. Para ahli bioetika juga khawatir, laju penemuan dan kecanggihan adalah pertanda mereka semakin mendekati tepi kehidupan. ***