Menu

Keren, Begini Perjuangan RAPP Merawat Penyangga Pulau Padang, Lestarikan Hutan untuk Kemaslahatan

Devi 5 Jul 2023, 11:56
Keren, Begini Perjuangan RAPP Merawat Penyangga Pulau Padang, Lestarikan Hutan untuk Kemaslahatan
Keren, Begini Perjuangan RAPP Merawat Penyangga Pulau Padang, Lestarikan Hutan untuk Kemaslahatan

RIAU24.COM - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berpartisipasi membantu memulihkan kawasan hutan di Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti, sekitar Tahun 2014.

Jika dulu jadi lokasi penebangan, kini sudah dipulihkan. Jika dulu diabaikan juga, kini sudah dijaga. Setelah hutan Pulau Padang kembali lestari, malah mendatangkan manfaat bagi negeri.

Seluas 20.450 hektar hutan yang dijaga RAPP ditambah 5.000 hektar lebih hutan konservasi yang dirawat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau jadi penjamin air Tasik Putri Puyu tetap tersedia. Makanya hingga kini tak pernah kering. Keberadaan hutan dan tasik ini jadi 'penyangga' Pulau Padang.

Saat dikunjungi 10 tahun lalu, kondisinya cukup mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, saat kami membelah hutan di jalur masuk Tasik Putri Puyu dari Desa Tanjungpadang saja, terlihat banyak bekas tebangan pohon. Berjenis Meranti. Hanya tinggal tunggul saja. Sangat miris memang, illegal logging merajalela saat itu.

Pada jalur masuk saja sudah sebanyak itu. Apalagi kawasan lain. Mungkin sudah banyak pohon yang ditebang dan membuat kawasan hutan gundul.

Untuk menjaga sebagian besar kawasan hutan di Pulau Padang, menjadi tugas RAPP. Itu menjadi amanah yang dititipkan negara kepada mereka.

Agar lebih fokus untuk menjaga dan melakukan perbaikan hutan alam di Pulau Padang, RAPP menugaskannya kepada PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN). Sebanyak 30 penjaga hutan (ranger) disiagakan untuk patroli rutin. Para ranger ini dibawah naungan Satria Elang Nusantara (SEN) yang menjadi mitra kerjasama PT GCN.

Bagian tugas dan tanggungjawab para ranger yang akrab disebut Jagawana
diantaranya, memastikan tidak ada aktivitas illegal logging di dalam kawasan hutan. Juga, mencegah terjadinya kebakaran.

Salah seorang ranger asal Kampung Jawa, Desa Bagan Melibur, Kecamatan Merbau, Said Ahmad Jufri mengaku baru bergabung menjadi penjaga hutan setahun lalu.

Pria yang akrab disapa Pak Adong ini menceritakan, cukup sulit dan membutuhkan kesabaran untuk mencegah aktivitas illegal logging terus terjadi di kawasan hutan.

Dengan menggunakan sepeda motor yang bisa terabas hutan, ranger akan berkeliling di batas kawasan hutan. Sesekali mereka juga berjalan kaki ke dalam hutan untuk memastikan ancaman pengrusakan. Termasuk juga, pemantauan titik api.

"Kami juga ikut menyosialisasikan larangan merambah hutan kepada masyarakat. Termasuk pencegahan Karhutla," ujarnya.

Di Pulau Padang, ada dua titik posko para ranger disiagakan. Satu di Desa Bandul, Kecamatan Tasikputri Puyu dan satu lagi di Sungai Kuat, Desa Lukit, Kecamatan Merbau. Pulau Padang sendiri terdiri dari dua kecamatan tersebut.

"Para ranger ini umumnya masyarakat meranti, khususnya dari pulau padang. Sehingga sangat mengenal wilayah dan karakteristik hutan gambut. Sekitar 60 persen anak tempatan," kata Adong menginformasikan.

Selain menjaga ketat, GCN juga melakukan restorasi hutan di Pulau Padang atau mengganti pohon yang sudah ditebang akibat pembalakan liar.

Jenis bibit pohon alam yang ditanam diantaranya, Meranti, Bintangur, Gelombang Sayang, Kelat dan Punak. Jenis pohon ini, merupakan tanaman asli hutan Pulau Padang.

Asst Enviro PT GCN, M Mulyo yang dihubungi beberapa waktu lalu menjelaskan, lingkup tanggungjawab perusahaan untuk melakukan upaya konservasi hutan alam di Pulau Padang berbatasan antara lokasi HTI dengan kawasan Tasik Putri Puyu, yang luasannya mencapai 20.450 hektar.

Rehabilitasi yang dilakukan terhadap hutan di Pulau Padang dengan pola Assisted Natural Regeneration (ANR), atau penerapan regenerasi dengan bantuan manusia untuk merestorasi jasa ekosistem hutan.

Dengan kerapatan hutan 200-400 batang kayu per hektar, dilakukan dengan penanaman kembali. Sementara, kerapatan pohon 400-600 batang per hektar dilakukan dengan pengayaan vegetasi dan jenis kayu.

Sedangkan kerapatan hutan di atas 600 batang per hektar dilakukan dengan metode pembersihan di sekeliling anakan pohon yang diganggu gulma atau belukar. Sehingga mempercepat pertumbuhan anakan pohon tersebut.

Mulyo mengatakan tiap tahunnya rata-rata yang ditanami kembali mulai 6-10 hektar. Dimana tiap hektar anakan pohon yang ditanami sebanyak 400 batang. Artinya, setiap tahunnya GCN menanam sebanyak 2.400 sampai 4.000 batang pohon.

Bantu Ekonomi Masyarakat Melalui Kemitraan

Dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga dan merawat kawasan hutan di Pulau Padang, GCN juga menggandeng masyarakat lokal. Selain mempekerjakannya langsung sebagai penjaga hutan, juga memberikan sejumlah tugas dan tanggungjawab dalam menyejahterakan masyarakat.

Salah satu pihak yang digandeng untuk bermitra yaitu, Laskar Alam Riau. Melalui lembaga ini penyaluran bantuan bibit tanaman produktif dilakukan. Seperti, karet, pinang, dan kopi.

Tidak hanya dibantu bibitnya saja. Tetapi juga dibantu perawatan, pupuk hingga menghasilkan. Program ekonomi masyarakat ini diharapkan bisa dinikmati berkelanjutan hingga ke anak cucu.

"Sejak tiga tahun terakhir kami sudah menyalurkan bantuan bibit karet dan pinang untuk dibagikan kepada masyarakat desa lukit, tanjung pisang, mengkopot, kecamatan merbau dan desa kudap, bandul, selatakar, kecamatan tasikputri puyu. Pada tahun ini (2023) kita kembali membantu menyalurkan 3.000 lebih bibit pinang betara dan bibit kopi liberika," kata Yahya, Bendahara Laskar Alam Riau.

Selain menjadi Bendahara Laskar Alam Riau, pria asal Desa Lukit ini juga menjadi Ketua Koperasi Jasa Tani Merbau Sejahtera.

Koperasi yang beranggotakan 23 orang dari masyarakat sejumlah desa di Pulau Padang itu, kini dipercaya membantu GCN untuk menyediakan transportasi sampan bermesin yang beroperasi di kanal. Koperasi ini juga membantu menyalurkan tenaga kerja lokal.

"Total tenaga kerja yang sudah kita salurkan sebanyak 10 orang untuk bekerja di perusahaan. Bahkan tiga orang sudah ada yang jadi mandor. Koperasi kita juga menyediakan transportasi pekerja yang bertugas menyusuri kanal untuk berpatroli," ucapnya.

Yahya mengaku, setelah bekerjasama dengan pola kemitraan selama lebih kurang 5 tahun, sudah dapat membantu masyarakat. Selain bisa menyalurkan masyarakat yang ingin bekerja di perusahaan, juga sudah banyak lahan masyarakat ditanami tanaman produktif. Dimana sangat membantu secara ekonomi hingga ke anak cucu nantinya.

APRIL Jaminan Masa Depan Pulau Padang

Pelestarian hutan di Pulau Padang, Kepulauan Meranti, Riau menjadi jaminan akan semakin baiknya masa depan pulau tersebut.

Dengan telah apa yang dilakukan oleh APRIL Group di Pulau Padang, diyakini masa depan pulau tersebut akan semakin baik nantinya. Terutama dalam keberlangsungan kehidupan sosial yang berkelanjutan.

External Affairs Direktor RER, Nyoman Iswarayoga mengatakan, APRIL berkomitmen untuk memulihkan dan melestarikan 1 hektar lahan untuk setiap 1 hektar hutan tanaman yang dibangun.

"Tahun 2013 kami mulai bekerja memulihkan dan melestarikan hutan gambut seluas 150.693 hektar yang terdegradasi di semenanjung kampar dan pulau padang," ucapnya.

Nyoman menjelaskan, Restorasi Ekosistem Riau (RER) merupakan proyek perintis solusi iklim kolaboratif di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Sumatera, selama hampir satu dekade.

"Tugas RER diantaranya memulihkan dan melindungi keanekaragaman hayati, iklim dan masyarakat, melakukannya dengan melindungi, kajian ekosistem dan lingkungan sosial, pemulihan spesies pohon anakan alam dan satwa liar, pengelolaan dengan tujuan berkelanjutan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau, Ma'mun Murod, Minggu (22/1/2023) menegaskan, kolaborasi GCN (RER) dan BBKSDA Riau dalam konservasi di Pulau Padang menjadi ujung tombak masa depan kehidupan sosial berkelanjutan di sana.

Ia merincikan pihak perusahaan berkewajian merestorasi ekosistem seluas 20.450 hektar hutan dan BKSDA merawat hutan konservasi Tasik Putri Puyu seluas 5.000 hektar lebih di SM Tanjung Padang (Pulau Padang).

"RAPP melalui GCN sudah melakukan upaya untuk mendukung rencana perlindungan ekosistem gambut (RPEG) di pulau padang. Patut kita apresiasi atas konsistensi mereka untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan," ungkapnya.

Murod membeberkan, konservasi RAPP tidak hanya yang dilakukan GCN saja, tetapi juga membuat tata ruang di areal konsesi, areal konservasi, tanaman unggulan, dan tanaman kehidupan. Hal itu juga merupakan upaya konservasi.

"RAPP telah membangun stasiun pengamatan tinggi muka air kanal. Mereka wajib melakukan pengamatan dan dilaporkan setiap hari. Itu adalah upaya untuk menjaga tingkat kebasahan gambut. Kemudian juga mereka membuat sekat kanal yang berguna untuk menjaga air ketika musim hujan tidak banjir dan saat musim kemarau tidak kekeringan," katanya.

Menurut Kadis LHK Riau ini, RAPP juga bisa meningkatkan kemitraan dengan masyarakat untuk pengelolaan kawasan hutan dan Tasik Putri Puyu nantinya. Hal itu bisa menjadi kerjasama yang menimbulkan dampak ekonomi yang lebih luas.

Sehingga keberadaannya dapat mendatangkan kemaslahatan yang lebih luas. Khususnya bagi masyarakat kampung sekitar. Pastinya dengan pengelolaan yang bersifat pelestarian alam