Pulau Semut : Mendulang Rupiah, Merawat Bumi
RIAU24.COM - Pernahkah Anda mendengar atau mengunjungi Pulau Semut Pekanbaru ?
Nama Pulau Semut kini tengah viral di media sosial TikTok. Pulau Semut yang berada di dalam Kawasan Kampung Wisata Kreatif Pengambang, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru kini telah menjelma menjadi salah satu bentuk objek ekowisata..
Siang itu di penghujung Agustus, kami melaju kencang menuju Pulau Semut dari pusat kota Pekanbaru, ditemani sinar matahari yang luar biasa terik seakan satu jengkal dari kepala. Hamparan pepohonan di sepanjang jalan menari-nari mengikuti perjalanan kami. Terlihat tiga ekor burung sibuk mencari makan dan sekali- kali terbang rendah. Rumah-rumah penduduk yang kental dengan nuansa perkampungan tradisional, membuat kami terpukau.
Ah, pemandangan yang disuguhkan menuju Pulau Semut memang tak mengecewakan.
Pulau Semut terletak kurang lebih 13 km sebelah utara dari pusat kota Pekanbaru, atau tepatnya berada di Jalan Pembina III, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur. Dibutuhkan waktu sekitar ± 30 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat dan ± 45 menit dengan menggunakan roda dua.
Walau berada di tengah pemukiman warga, namun lokasi wisata Pulau Semut ini terlihat dengan jelas di ujung jalan Pembina III. Warga sekitar memberikan penanda kepada pengunjung dengan sepotong besi.
Sebelum memasuki kawasan Ekosistem Pulau Semut, para pengunjung akan disambut dengan Agrowisata DuRanch.
(Sebelum memasuki kawasan Ekowisata Pulau Semut, pengunjung harus melewati gerbang Agrowisata DuRanch, Foto : Devi Mewani)
Sedikit berjalan masuk kearah kiri, mata kami disuguhkan jejeran pepohonan yang rimbun nan menyejukkan mata. Riuh suara monyet terdengar dari kejauhan, bak harmoni yang selaras. Ditambah dengan pemandangan pepohonan yang menjorok ke Sungai Siak,
Mata kami pun menangkap sebuah papan besi yang bertuliskan Selamat Datang di Ekowisata Pulau Semut.
(Gerbang masuk Ekowisata Pulau Semut, Foto : Devi Mewani)
Dan petualangan kami menyusuri Pulau Semut pun dimulai !
Saat akan memasuki kawasan Ekowisata Pulau Semut, para wisatawan tidak dikenakan biaya masuk. Namun seorang petugas dengan mengenakan baju kemeja coklat bertuliskan PT Pertamina Patra Niaga terlihat berjaga didepan pos masuk untuk memungut biaya parkir.
Memang, untuk memasuki Pulau Semut belum dikenakan tiket masuk. Hanya saja, bagi pengunjung yang datang dengan kendaraan bermotor cukup membayar biaya parkir sebesar Rp10.000 untuk kendaraan roda empat dan Rp5.000 untuk kendaraan roda dua.
Masih terjangkau bukan?
Nantinya, hasil dari pungutan parkir tersebut digunakan untuk pemeliharaan Ekowisata Pulau Semut dan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ekowisata Pulau Semut yang beranggotakan 35 orang.
(Pos masuk ke Kawasan Ekowisata Pulau Semut. Para pengunjung hanya dipungut biaya parkir, Foto : Devi Mewani)
Sebelum menyeberang ke Pulau Semut, kita disuguhkan dengan pemandangan kawasan lahan yang dirimbuni pepohonan yang disebut daratan utama. Luasnya sekitar 1 hektar. Di lokasi ini tumbuh beragam jenis pohon, antara lain rambai, matoa, duku, gaharu, mangga kueni, dan lain-lain.
Tajuk pohonnya yang rimbun menyebabkan suasana di bawahnya menjadi sejuk menyegarkan. Perpaduan antara kerimbunan pepohonan, panorama Sungai Siak, hembusan angin sepoi-sepoi, dan ritme kehidupan yang alami, sungguh menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Terlihat pada beberapa batang pohon buah yang berukuran besar dibangun beberapa pondok atau saung pohon.
Pondok-pondok tersebut dibuat dari papan beratap daun rumbia dengan ukuran yang bervariasi, ada yang berukuran 4 x 5 meter persegi, ada juga yang berukuran 2 x 3 meter persegi. Semuanya berada di pinggiran Pulau Semut.
(Saung pohon yang berada di pinggiran Pulau Semut. Saung ini bisa disewakan oleh para pengunjung yang ingin duduk lesehan sambil menikmati pemandangan Sungai Siak Foto : Devi Mewani)
Saung pohon tersebut diperuntukkan bagi para pengunjung yang ingin menikmati sensasi beristirahat di atas pohon, sambil menikmati makanan dengan lesehan, ataupun untuk ngopi dan diskusi keluarga.
Asal Muasal Dibentuknya Ekowisata Pulau Semut
Sekitar 5 meter dari pos jaga atau masih didalam kawasan daratan utama, berdiri sebuah pondok penjual makanan. Disana kami bertemu dengan Herdianto yang tak lain adalah Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ekowisata Pulau Semut.
Darinya kami memperoleh sejarah berdirinya Pulau Semut.
“Sungai Siak dan Pulau Semut adalah dua kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Bagi kami Sungai Siak adalah sungai yang indah dan memiliki sejarah yang berkaitan dengan terbentuknya Pulau Semut ini. Bahkan, dengan viralnya Pulau Semut di media sosial beberapa bulan belakangan ini, saya berterimakasih kepada semua pihak terutama kepada PT Pertamina Patra Niaga yang sudah menjadikan kami mitra binaannya," kata Herdianto memulai percakapan.
Pria yang kerap disapa Ujang ini mengisahkan jika Pulau Semut itu dulunya sebuah pulau di pinggiran Sungai Siak di muara Sungai Pengambang. Ukuran luasnya pun relatif sangat kecil yaitu sekitar 300 m2.
Diceritakan juga jika Pulau Semut ini awalnya menyatu dengan daratan utama, yakni wilayah Jalan Pembina III, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Kota Pekanbaru.
“Dulunya Pulau Semut itu menyatu dengan daratan utama. Tapi karena abrasi dari muara Sungai Pengambang ke bagian pinggir daratan yang memotong arah secara terus-menerus, sehingga memisahkan lahan yang tadinya menyatu dengan daratan menjadi terpisah dan membentuk pulau kecil,” katanya lagi.
(Herdianto, Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Semut, Foto : Devi Mewani)
Diketahui abrasi dan terjangan arus air tersebut terjadi akibat hempasan gelombang yang muncul setiap ada kapal-kapal tanker melintas, termasuk kapal milik Pertamina saat mengangkut bahan bakar.
Daratan Pulau Semut yang semakin kecil akibat abrasi, rupanya menarik empati salah satu warga bernama Supardi. Ingin daratan tersisa tak jauh dari rumahnya itu bisa diselamatkan, ia pun membuat ide yang bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Secara topografi Pulau Semut merupakan dataran dengan hamparan sungai. Karena kondisi wilayah yang merupakan pinggiran sungai Siak, maka akses yang cocok hanya dihubungkan oleh gertak (jembatan kayu).
“Awalnya pak Supardi hanya ingin menjadikan daerah ini sebagai lokasi pemancingan. Jadi beliau nekat keluar masuk hutan untuk mencari kayu yang bisa digunakan untuk membuat gertak," jelas Herdianto.
Apa yang dilakukan Supardi kala itu, dikenang Herdianto, adalah hal yang sedikit ‘gila’.
(Supardi, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Semut, Foto : Devi Mewani)
"Saat itu, warga banyak yang bilang jika Pak Supardi orang gila, karena nekat bangun gertak. Tapi lihat sekarang! Apa yang dilakukannya tidaklah sia-sia. Beliau berhasil membangun gertak penghubung Pulau Semut ke daratan utama dengan bilah-bilah kayu seadanya," kenang Herdianto.
Bak gayung bersambut, apa yang dilakukan oleh Supardi ternyata tak sia-sia. Saat Indonesia dihantam pandemi Covid 19 di tahun 2020 itu antusias masyarakat Pekanbaru memancing sangat tinggi. Imbasnya, para pemancing di Pekanbaru mulai melirik spot di Pulau Semut.
Pulau Semut pun kian ramai dikunjungi.
Pelan tapi pasti, warga sekitar Pulau Semut yang berjumlah kurang lebih 1.000 jiwa itu pun, mulai sadar bahwa yang dilakukan Supardi memberi dampak positif. Bahkan warga yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan itu, tergerak hatinya untuk ikut memberi dukungan.
Di tahun 2020, secara swadaya, masyarat di sekitar Pulau Semut bahu membahu membangun jembatan kayu.
(Daratan utama sekaligus tempat parkir sebelum memasuki Pulau Semut, Foto : Devi Mewani)
"Pulau Semut ini awalnya destinasi wisata mandiri. Kami mulai membangun jembatan kayu dengan bahan yang ada," ungkapnya.
Sementara untuk pembuatan pondok-pondok atau saung yang berada di pinggiran Pulau Semut, Herdianto mengaku jika pembangunannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat, mengingat keterbatasan bahan baku terutama kayu dan dana.
Kenapa dinamakan Pulau Semut, Herdianto pun mengisahkan jika daratan tersebut dulunya dihuni banyak semut hitam berukuran kecil.
“Kami mulai menggarap pulau tersebut untuk menjadi obyek wisata tepatnya di bulan Juni 2020. Nah saat penggarapan, ternyata banyak sarang semut hitam. Ada yang bersarang di tanah bahkan sampai di atas pohon. Kadang, setelah menebang pohon, saya langsung terjun ke sungai, biar semutnya hilang, karena sampai nempel dibadan. Karena itu masyarakat menamakannya Pulau Semut,” tutur Herdianto lagi.
Herdianto bercerita jika keberadaan Pulau Semut akhirnya menarik perhatian PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Fuel Terminal Sei Siak di tahun 2021. Bantuan dan pendampingan pun diberikan PT Pertamina Patra Niaga, sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Salah satu cara yang dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga adalah dengan membangun Jembatan Penghubung yang kokoh yang menghubungkan tepian sungai Siak (daratan utama) dengan Pulau Semut.
“Jembatan kayu itu dari Pertamina. Panjangnya sekitar 16 meter. Yang satu jembatan buntu ke arah tengah Sungai Siak untuk menikmati panorama Sungai Siak dan tempat foto-foto. Disambung dari tengah jembatan pertama sepanjang lebih kurang 8 meter itu menghubungkan tepian sungai ke tempat pondok-pondok tempat istirahat dan memancing. Itu semua dari Pertamina,” kata Herdianto lagi.
Herdianto juga menceritakan, setiap tahun Pertamina selalu membantu infrastruktur di Pulau Semut.
(Saung Edukasi buatan PT Pertamina Patra Niaga, Foto : Devi Mewani)
Tahun 2021, PT Pertamina Patra Niaga membangun Saung Edukasi dan Penanaman Mangrove dan Penghijauan. Untuk penghijauan tersebut dilakukan pada bulan September bersama dengan Human Initiative Riau. Kala itu, dilakukan percobaan penanaman 120 bibit mangrove berjenis rhizophora.
Saung Edukasi dibangun ukuran sekitar 5x6 meter dan menjadi tempat rapat para pengurus Pokdarwis serta tempat untuk menyambut tamu penting yang ingin berkunjung secara khusus ke Pulau Semut.
Saung Edukasi ini didesain dengan menggunakan kayu yang dilapisi solar, agar tahan dari proses pelapukan.
Di tahun 2022, dilakukan pembuatan Jembatan Penghubung Pulau Semut dan Beronjong (pondasi berbentuk silinder yang berisi batu, beton, atau tanah dan pasir).
Dan untuk tahun 2023 ini, menurut Herdianto, PT Pertamina Patra Niaga akan memberi tambahan bantuan dalam infrastruktur dan fasilitas.
“Kemarin setelah kami berdiskusi dengan Human Initiative Riau, kami meminta penambahan fasilitas. PT Pertamina Patra Niaga pun setuju membangun 4 toilet umum, jaringan listrik, tower serta gerbang masuk yang lebih layak untuk Pulau Semut,” pungkas Herdianto mengakhiri percakapan.
Sementara untuk tahun 2024, Pertamina Patra Niaga berencana membangun tempat pengelolaan sampah, pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta dan integrasi wisata.
“Alhamdulillah, sekitar 500an orang berkunjung ke Ekowisata Pulau Semut setiap Sabtu Minggu, Malah kalau pas ada event, bisa mencapai 3000an orang," kata Herdianto saat ditanyakan mengenai jumlah pengunjung yang datang ke pulau kecil nan imut itu.
Puas bercengkerama dengan Herdianto, kami pun memutuskan untuk masuk kedalam kawasan Pulau untuk melihat sendiri bagaimana Ekowisata ini bertumbuh.
Bilah-bilah kayu yang terpasang hingga menjorok lebih ke badan sungai berderit-derit saat kami bergerak di atasnya.
Saat melewati jembatan, kami disambut dengan rimbunnya pohon-pohon bakau di sisi kiri dan kanan. Kami pun bisa melihat tumbuhan mangrove (bakau) lebih dekat. Selain menarik, jembatan ini pun sangat cocok dijadikan ajang untuk berfoto alias berswafoto.
(Pulau Semut diberi fasilitas jembatan penghubung. Di sekitarnya tumbun dengan subur puluhan pohon bakau, Foto : Devi Mewani)
Ada Tempat Selfie yang dibangun di beberapa titik dengan latar belakang yang mendukung, antara lain di Pulau Semut sendiri, di Jembatan Kayu dan di dekat Pohon Bakau.
Disarankan jika Anda ingin mendapatkan foto-foto yang instagramable, maka waktu terbaik untuk berkunjung adalah di sore hari. Pemandangan matahari terbenam telah menjadi daya tarik tersendiri dari kawasan wisata ini. Banyak pengunjung yang mengabadikan perpaduan latar belakang tumbuhan bakau dan sungai Siak ini lewat ponsel pintar mereka.
Seperti kata Herdianto tadi, jembatan kayu ini memang bercabang dua, dimana satu mengarah ke dermaga dan satu lagi terhubung ke sebuah pulau kecil tempat satu saung yang disebut Saung Edukasi bantuan PT Pertamina Patra Niaga berdiri dengan kokoh.
Selain bisa beristirahat di saung sembari menatap keindahan alam sekitar Sungai Siak, bila beruntung para pengunjung bisa melihat monyet yang berada di seberang Pulau Semut. Tentu saja hal ini bisa mengedukasi pengunjung tentang primate yang hidup di sekitar pulau.
Tapi karena Pulau Semut merupakan daerah rawa, para pengunjung diminta untuk tetap awas, karena di sungai ini juga ada buaya.
Saat ini baru tersedia 2 gazebo saja di Pulau Semut. Sementara disisi gazebo yang lain, tak jauh dari Saung Edukasi berada, terlihat beberapa pengunjung sedang asyik berdiskusi sambil makan dengan cara lesehan.
(Pemandangan Pulau Semut dari dermaga, Foto : Devi Mewani)
Sementara beberapa pengunjung lainnya memilih duduk di bawah teduhnya pepohonan di Pulau Semut.
Di pulau ini kita bisa melihat keindahan panorama Sungai Siak ke arah hulu, hilir, dan seberang sungai. Para pengunjung juga bisa melihat perahu motor dan kapal-kapal barang yang melintas pada waktu-waktu. Bahkan speed boat dengan tujuan Selatpanjang juga sesekali terlihat melintas.
Lebar Sungai Siak di wilayah Pulau Semut sekitar 80 meter, sehingga pengunjung dapat merasakan hembusan angin dari arah Sungai Siak atau pun sebaliknya.
Bagi pengunjung yang suka memancing, di kawasan wisata Pulau Semut juga dibuat tempat khusus untuk memancing. Lokasinya berada di pinggir Sungai Siak dengan luas sekitar 600 meter persegi.
(Pulau Semut menjadi spot yang menari bagi pengunjung yang hobi memancing, Foto : Devi Mewani)
Namun bagi para pengunjung yang tidak membawa alat pancing, di Pulau Semut juga disediakan jasa sewa alat pancing. Cukup membayar Rp10 ribu, para pengunjung bisa menjajal keberuntungannya dalam mengail ikan di sungai terbesar di Indonesia ini.
Ada berbagai jenis ikan yang masih bisa ditemukan di Sungai Siak seperti Ikan Baung, Ikan Selais, Gabus, hingga Udang Air Tawar.
Salah seorang pengunjung yang berkunjung, Joni (45) dan keluarga yang datang dari Pelalawan, mengaku sengaja datang ke Pulau Semut setelah melihatnya dari media sosial.
“Awalnya penasaran saja karena sempat lihat videonya di TikTok, ternyata tempatnya adem, cocok untuk dijadikan healing,” katanya.
Pulau Semut memang sungguh-sungguh masih ‘perawan’. Keasrian sungai dengan tumbuhan bakau masih terjaga dengan baik, membuat Pulau Semut cocok jadi tempat untuk menjernihkan pikiran. Jika ingin menikmati waktu rileks dan butuh space healing, disarankan Anda datang agak lebih pagi.
Ekowisata Pulau Semut ini pun cocok menjadi destinasi wisata alternatif bagi Anda pecinta wisata outdoor.
(Salah seorang pengunjung melewati gertak menuju Saung Edukasi, Foto : Devi Mewani)
Untuk keamanan, Anda tak perlu khawatir. Karena Pulau Semut kini telah dilengkapi bronjong sehingga aman dari abrasi.
Di Pulau Semut juga tersedia ragam jajanan, camilan dan minuman, sehingga para pengunjung tidak perlu takut kelaparan.
Demi kenyamanan pengunjung wisata Pulau Semut, di awal tahun 2023, PT Pertamina Patra Niaga membangun saluran air bersih, aliran listrik, pembangunan 2 toilet, serta tempat sandar untuk sampan kayu.
Namun untuk fasilitas di wisata Pulau Semut ini tergolong masih sangat terbatas.
(Pembangunan bronjong untuk mengatasi abrasi di Pulau Semut, Foto : Devi Mewani)
Perlu ada penambahan fasilitas seperti toilet, musala, air bersih serta playground untuk anak-anak. Disamping itu perlu dibuat arsitektur khusus untuk mendesain Pulau Semut sehingga bisa bertransformasi menjadi destinasi wisata tradisional dengan sentuhan modern.
Sehingga, wisatawan yang berkunjung tak hanya sekedar melihat tempat wisata saja, tapi tempat yang dikunjungi tersebut memiliki nilai cerita, ciri khas, dan nilai jual.
Empat Komponen Penting Dalam Memperkenalkan Pulau Semut ke Tingkat Nasional
Baru-baru ini, lokasi Ekowisata Pulau Semut yang dikelola warga Desa Pengambang sejak 2021 tersebut dipilih sebagai lokasi Festival Pacu Sampan Tradisional tingkat Provinsi Riau yang diselenggarakan pada 4-6 Agustus 2023.
Festival Pacu Sampan Tradisional ini pertama kali digelar di Pekanbaru dan dibuka langsung oleh Pj Wako Pekanbaru Muflihun SSTP MAP.
Meski baru pertama kali diadakan, antusias peserta cukup membludak untuk unjuk kebolehan mendayung sampan di Sungai Siak. Saat membuka Festival Pacu Sampan Tradisional dan peresmian Ekowisata Pulau Semut, Muflihun menyebutkan, potensi Pulau Semut bisa dikembangkan.
“Dengan adanya Festival Pacu Sampan Tradisional diharapkan mampu meningkatkan promosi destinasi wisata Pulau Semut di Kota Pekanbaru. Pulau Semut ini pun masih bisa digali potensinya,” kata Muflihun saat pembukaan, Jumat (4/8/2023).
Tak hanya itu, orang nomor satu di Kota Bertuah ini juga memberikan apresiasi positif terhadap Himpunan Mahasiswa Rumbai Bersatu (Himarusa) bersama Pemuda Pulau Semut yang telah mentaja Festival Pacu Sampan Tradisional.
"Dengan adanya Festival Pacu Sampan Tradisional ini telah berhasil menggabungkan antara wisata dan olahraga. Saya berharap masyarakat luar lebih mengenal Ekowisata Pulau Semut dengan hadirnya festival ini," ujar Muflihun kala itu.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Rumbai Bersatu (Himarusa), Septiandi Putra mengatakan kepada media, acara Festival Pacu Sampan Tradisional tersebut diikuti oleh empat kabupaten kota yang ada di Riau yakni Pekanbaru, Siak, Kampar, dan Kuansing.
“Ada 32 tim yang mana satu tim terdiri dari 3 orang," ujar Ketua Himarusa, Septiandi Putra.
Putra mengatakan jika tujuan dari diadakannya Festival Pacu Sampan Tradisional ini adalah untuk melestarikan tradisi lokal masyarakat pesisir sungai, selain itu juga memajukan Ekowisata Pulau Semut agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Kegiatan Festival Pacu Sampan Tradisional itu sendiri berkolaborasi dengan Masyarakat Rumbai Bersatu dan dikawal oleh empat elemen yakni Basarnas Kota Pekanbaru, Ditpolairud Polda Riau, KSOP Kelas II Pekanbaru, serta Dinas Kesehatan Riau.
“Festival Pacu Sampan ini bisa sukses karena buah kerjasama dari berbagai pihak. Ada pemerintah, PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak, mahasiswa, serta masyarakat yang berkolaborasi. Ini semua karena kita memiliki tujuan untuk memajukan Ekowisata Pulau Semut. Sinergi inilah yang harus dipertahankan hingga di masa yang akan datang," pungkas Putra.
Saat festival digelar, diketahui sebanyak 3 ribu pengunjung memadati area Pulau Semut dan sebanyak 50 UMKM turut digandeng untuk meramaikan acara tersebut.
Dukungan penuh juga diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pekanbaru, Masriyah.
Ia sangat mengapresiasi apa yang sudah dikembangkan oleh PT Pertamina Patra Niaga di Ekowisata Pulau Semut.
"Kami selaku pemerintah Kota Pekanbaru mendukung program yang dilakukan untuk Pulau Semut. Apalagi, wisata di Pulau Semut ini kental dengan suasana alam. Kedepan, mungkin kami akan memberikan sentuhan modern agar dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi," ujarnya.
Tak hanya mempersenjatai Pulau Semut berbagai fasilitas dan wahana yang menarik, Disbudpar Kota Pekanbaru juga akan melakukan promosi besar-besaran untuk meningkatkan jumlah pengunjung di lokasi wisata ini.
"Kami siap mendukung event-event tahunan yang dilakukan di Pulau Semut, seperti event Pacu Sampan Tradisional yang baru-baru ini dilakukan. Besar harapan kami, Pulau Semut dikenal hingga ke mancanegara," harap Masriyah.
Festival Pacu Sampan Tradisional bahkan mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno. Melalui sebuah video di media sosialnya, Sandiaga turut mengenalkan Pulau Semut ke tingkat nasional.
Pulau Semut : Bakti Pertamina Dalam Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(Papan yang menunjukkan Program Ekowista Pulau Semut binaan PT Pertamina Patra Niaga, Foto : Devi Mewani)
Pulau Semut yang dikembangkan menjadi ekowisata merupakan salah satu program CSR unggulan binaan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak.
Ekowisata merupakan wisata berbasis alam. Wisata ini mengutamakan pembelajaran tentang lingkungan dengan memastikan lingkungan tersebut tidak dirusak oleh kegiatan wisata dan wisatawan.
Dalam arti lain, ekowisata berarti wisata yang dilaksanakan di mana saja dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai objeknya dengan menekankan konservasi budaya, ekonomi masyarakat lokal, dan pemberdayaan sosial masyarakat.
Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Susanto August Satria mengatakan kepada media, jika pihaknya mempunyai beragam Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau yang disebut juga dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
"Kami memiliki beberapa Program TJSL unggulan. Program tersebut dilakukan untuk menciptakan lingkungan hijau dan pemberdayaan masyarakat. Saat ini untuk wilayah Pekanbaru, salah satunya adalah Program Ekowisata Pulau Semut," ujar Satria, Kamis 27 Juli 2023 lalu.
Satria menjelaskan pihaknya membuat Program Ekowisata Pulau Semut bertujuan untuk menciptakan lingkungan hijau dan menjadi pusat kegiatan masyarakat dalam pengembangan potensi wisata dan kreativitas.
"Saat ini fokus Program Ekowisata Pulau Semut ada dua kegiatan. Yang pertama perbaikan akses penghubung ke Pulau Semut melalui jembatan, dan yang kedua adalah penyelamatan Pulau Semut lewat pembangunan turap dan bronjong. Kami berharap, dengan adanya Program Ekowisata Pulau Semut ini, UMKM masyarakat ekitar dapat terbantu dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dapat berkembang secara maksimal," jelasnya.
Untuk program CSR di Ekowisata Pulau Semut, PT Pertamina Patra Niaga melakukan kolaborasi dengan pemerintah daerah, akademisi serta pihak terkait dalam memberikan pendampingan terhadap masyarakat.
Sebelumnya, tim CSR Pertamina Patra Niaga melakukan Management Walkthrough (MWT) di wilayah operasi Fuel Terminal (FT) Sei Siak, Pekanbaru pada Kamis 20 Juli 2023 lalu.
Mereka menilai jika Pulau Semut memiliki potensi yang sangat besar, terlebih lagi dengan adanya event yang digadang-gadang menjadi event tahunan akan menambah ketertarikan pengunjung untuk berwisata di Pulau Semut.
Ekowisata Pulau Semut juga diharapkan Pertamina bisa menjadi solusi bagi pengembangan masyarakat Desa Pangambang, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Kota Pekanbaru sebagai wisata alam pertama yang berada di tengah kota.
(Human Initiative Riau berkolaborasi dengan Pertamina Sei Siak melakukan program penghijauan di Pulau Semut, Kelurahan Limbungan Baru, Kecamatan Rumbai, Foto : Dokumentasi Human Initiative Riau).
Fuel Terminal Manager Sei Siak, Syofiyardi mengatakan jika pihaknya akan terus berupaya memajukan Ekowisata Pulau Semut.
“Obyek ekowisata Pulau Semut juga bisa menjadi satu kesatuan destinasi wisata dengan Danau Bandar Khayangan dan Kampung Wisata Okura mengingat posisinya yang berada di tengah-tengah. Bahkan ketiga destinasi wisata ini bisa dihubungkan melalui jalur darat maupun jalur air,” kata Syofiyardi di hadapan awak media.
Selain itu, Syofiyardi berharap dengan keberadaan obyek ekowisata Pulau Semut, dapat menambah alternatif tujuan wisata bagi masyarakat Kota Pekanbaru.
“Kami berharap semoga Ekowisata Pulau Semut dapat dilirik dan dikunjungi oleh masyarakat di dalam maupun luar Kota Pekanbaru, karena ini adalah satu satunya wisata alam di tengah-tengah perkotaan," tutur Syofiyardi lagi.
Community Development Office Pertamina Patra Niaga, Hanifa mengungkapkan jika pihak Pertamina Patra Niaga selaku subholding dari Pertamina memberikan support dan perhatian untuk kelangsungan Ekowisata Pulau Semut.
"Untuk kelangsungan masa depan Ekowisata Pulau Semut, kami memiliki banyak program, baik yang telah dijalankan atau yang masih dalam tahap perencanaan untuk di masa yang akan datang. Pemerintah dalam hal ini lurah setempat sangat mendukung apa yang kita buat, karena kami selalu berkoordinasi," kata Hanifa.
Hanifa juga mengungkapkan dalam setiap pembangunan yang dilakukan, Pertamina Patra Niaga berupaya agar makna dan tujuan dari dibangunnya Ekowisata Pulau Semut ini tetap sesuai alur, sehingga keasrian Pulau Semut tetap terjaga.
"Kami ingin keasrian Pulau Semut ini tetap terjaga, serta tingkat sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi ekowisata Pulau Semut mengalami peningkatan," tutup Hanifa.
(Human Initiative Riau berkolaborasi dengan Pertamina Sei Siak melakukan program penghijauan di Pulau Semut, Kelurahan Limbungan Baru, Kecamatan Rumbai, Foto : lancangkuning.com).
Tentu saja, sebagai satu-satunya ekowisata yang ada di tengah Kota Pekanbaru, Pulau Semut sebagai mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak masih memiliki banyak potensi yang harus dikembangkan, mulai dari infrastruktur penunjang hingga kapasitas masyarakat. Berbagai program yang dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga, seperti penghijauan, perbaikan jembatan penghubung, pembangunan beragam fasilitas dan infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat akan terus digenjot.
Hal ini merupakan bakti PT Pertamina Patra Niaga dalam Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam menciptakan ekowisata yang bagus dan terdepan di Kota Pekanbaru terutama untuk di masa yang akan datang. Sehingga Pertamina bersama mitra binaannya, mampu memperkuat inovasi bisnis dan membangun kolaborasi baik di lingkungan internal maupun eksternal dan bisa menjalankan peran sebagai lokomotif perekonomian dan indstri nasional.
Sesuai namanya, Ekowisata Pulau Semut yang berada di pojok kota Pekanbaru ini pun diharapkan mampu menjadi destinasi wisata berbasis alam yang mengutamakan pembelajaran lingkungan. Lewat Pulau Semut, para warga sekitar bisa mendulang rupiah, dan para pengunjung belajar untuk merawat bumi. ***
PENULIS : DEVI MEWANI
Link Berita : https://www.riau24.com/berita/baca/1698044502-pulau-semut-mendulang-rupiah-merawat-bumi?page=all