3 Kemunafikan Terbesar Amerika Serikat, Teriak HAM Tapi Suplai Senjata dan Uang untuk Israel
RIAU24.COM - Di tengah ketegangan Israel dan Hamas sejak 7 Oktober 2023, banyak negara yang memandang adanya kemunafikan yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Alih - alih menjadi penengah, Amerika Serikat justru menunjukan dukungan terhadap Israel. Tak heran jika banyak negara di dunia menganggap Amerika Serikat munafik.
Lantas apa saja kemunafikan terbesar Amerika Serikat selama ini? Melansir Sindonews berikut ulasannya:
1. Joe Biden Terus Mengirim Amunisi untuk Israel
Setelah Hamas meluncurkan “Operasi Badai Al-Aqsa” pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menjadi salah satu pemimpin barat yang mengunjungi Tel Aviv untuk menunjukan dukungan terhadap Israel.
Sebagai pendukung utama Israel, Amerika Serikat juga mengirimkan dua kapal induk ke wilayah tersebut dan hal ini mengindikasikan bahwa mereka dapat mengerahkan 2.000 tentara AS ke Israel dalam rangka bantuan.
Selain itu, Amerika Serikat diam-diam telah meningkatkan bantuan militer ke Israel, memenuhi permintaan yang mencakup lebih banyak rudal berpemandu laser untuk armada tempur Apache, serta peluru 155mm, perangkat penglihatan malam, amunisi penghancur bunker, dan kendaraan militer baru, menurut sebuah laporan.
Hal ini terus dilakukan Amerika Serikat di saat seluruh dunia mengecam apa yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Gaza yang sudah menelan puluhan ribu korban jiwa hingga hari ini. Selain itu, sejak didirikannya negara Israel, Amerika Serikat menjadi pemasok bantuan militer terbesar ke Israel dengan kontribusi sekitar $130 miliar atau setara dengan Rp2 kuadriliun.
Dengan AS bantuan, Israel telah membentuk salah satu militer paling tangguh dan berteknologi maju di Timur Tengah. Pemerintahan Partai Republik dan Demokrat serta para pemimpin bipartisan di Kongres telah menyetujui bantuan kepada Israel selama beberapa dekade. Sebagai imbalannya, AS telah membangun sekutu militer strategis di Timur Tengah.
Sebagai bagian dari perjanjian yang dicapai di bawah pemerintahan Obama, Israel menerima $3,8 miliar per tahun untuk sistem pertahanan militer dan rudalnya.
Israel adalah penerima terbesar pendanaan militer luar negeri AS, yang mewakili sekitar 15% anggaran pertahanan negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
2. Amerika Serikat Melakukan Standar Ganda
Banyak pihak yang menyoroti sikap Amerika Serikat yang memberlakukan standar ganda. Hal ini terlihat dari reaksi mereka terhadap pembunuhan warga sipil Israel dan ketiadaan reaksi terhadap pembunuhan warga sipil Palestina. Jika membahas HAM, Palestina adalah pihak yang paling dirugikan hak asasinya dalam ketegangan pasca 7 Oktober 2023.
Terdapat perbedaan yang sangat mencolok bagaimana Amerika Serikat bersikap dalam menanggapi korban sipil Israel maupun Palestina. Lembaga-lembaga politik, militer, ekonomi, budaya, dan sosial di AS telah sepenuhnya bergerak untuk memberikan dukungan kepada Israel dan para korban di negara tersebut, namun tidak ada dukungan yang serupa yang diberikan kepada rakyat Palestina.
Tidak ada upaya evakuasi untuk warga Palestina, tidak ada pengiriman kapal induk untuk memberikan dukungan militer, dan mayoritas wacana politik dan budaya tidak menghargai kehidupan Palestina atau merasakan duka atas kematian warga Palestina.
3. Amerika Serikat Menolak Seruan
Gencatan Senjata Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengadakan debat terbuka pertamanya mengenai perang Israel-Gaza. Dengan sebagian besar anggotanya menyerukan gencatan senjata segera agar bantuan kemanusiaan dapat menjangkau warga Palestina di bawah pemboman Israel yang tiada henti di Gaza.
Dewan beranggotakan 15 orang, yang lima anggota tetapnya termasuk Amerika Serikat dan Rusia memiliki hak veto, sejauh ini gagal menghasilkan resolusi yang akan mengakhiri kekerasan. AS, sekutu setia Israel memveto sebuah resolusi yang didukung oleh 12 anggota dewan lainnya, yang menyerukan penghentian pertempuran, karena resolusi tersebut tidak cukup menekankan hak Israel untuk membela diri.
Hampir 90 negara masuk dalam daftar pembicara dalam debat , termasuk sekitar 30 menteri luar negeri dan wakil menteri, dan banyak di antara mereka yang menyuarakan seruan untuk gencatan senjata dan penghentian serangan terhadap warga sipil Palestina di tengah kehancuran yang meluas di Gaza dan meningkatnya jumlah korban tewas.
Namun Washington mengatakan pihaknya lebih menyukai jeda kemanusiaan, yang dianggap kurang formal dan lebih pendek dibandingkan gencatan senjata. Rancangan tersebut, menurut kantor berita AFP, akan membela “hak yang melekat pada semua negara” untuk membela diri sambil menyerukan kepatuhan terhadap hukum internasional.
Hal ini akan mendukung “jeda kemanusiaan” yang memungkinkan bantuan masuk, namun bukan gencatan senjata penuh.