Korban Jiwa Perang Gaza Capai 186.000 Orang, Jurnal Inggris Ini Ungkap Fakta
RIAU24.COM - Jumlah korban tewas dalam perang yang berkecamuk sembilan bulan terakhir di Jalur Gaza semakin meningkat.
Diperkirakan sebenarnya lima kali lipat lebih besar dibandingkan data resmi yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza.
Lebih dari 186.000 orang dilaporkan tewas akibat serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza.
Seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (10/7/2024), Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan pada Senin (8/7) waktu setempat bahwa sejauh ini sedikitnya 39.193 orang tewas dalam perang di daerah kantong Palestina tersebut.
Sebanyak 87.903 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan di Jalur Gaza sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu.
Laporan terbaru jurnal medis Inggris, The Lancet, yang dirilis pekan ini menyebut jumlah korban tewas sebenarnya di Jalur Gaza mencapai lebih dari 186.000 orang.
Jumlah yang nyaris lima kali lipat lebih banyak dari data otoritas kesehatan Gaza.
Angka itu mencapai sekitar enam persen dari total populasi Jalur Gaza.
Perkiraan The Lancet soal jumlah korban tewas di Jalur Gaza melampaui 186.000 orang itu didasarkan pada penghitungan bahwa untuk setiap orang yang tewas secara langsung akibat perang, terdapat empat orang lainnya yang akan tewas secara tidak langsung.
"Dalam konflik terkini, jumlah kematian tidak langsung berkisar antara tiga hingga 15 kali lipat dari jumlah kematian langsung," sebut The Lancet dalam laporannya yang berjudul "Counting the dead di Gaza: difficult but essential".
The Lancet merupakan salah satu jurnal medis dan akademik dengan dampak tertinggi di dunia, yang juga merupakan salah satu yang tertua dari jenisnya mengingat dibentuk sejak tahun 1823 silam.
"Dengan menerapkan perkiraan konservatif, yaitu empat kematian tidak langsung per satu kematian langsung terhadap 37.396 kematian yang dilaporkan, maka bukanlah tidak masuk akal untuk memperkirakan bahwa hingga 186.000 kematian atau bahkan lebih bisa disebabkan oleh konflik yang terjadi di Gaza saat ini," jelas The Lancet.
(***)