Menu

Ketika Tren Kanker Payudara di Asia Ikut Melonjak, Ternyata Ini Pemicunya

Devi 9 Sep 2024, 12:16
Ketika Tren Kanker Payudara di Asia Ikut Melonjak, Ternyata Ini Pemicunya
Ketika Tren Kanker Payudara di Asia Ikut Melonjak, Ternyata Ini Pemicunya

RIAU24.COM - Lebih dari 11 ribu wanita Asia-Amerika didiagnosis mengidap kanker payudara pada 2021 dan 1.500 di antaranya meninggal dunia. Data terbaru menunjukkan diagnosis pada kelompok tersebut terus meningkat.
Peningkatan tercatat mencapai 52 persen dibandingkan periode 2000 hingga 2021. Data dari Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik (AAPI) sekaligus mempertegas tren kanker payudara juga relatif tinggi di Asia.

Insiden kasus wanita berusia 50 hingga 64 tahun bertambah 33 persen, sementara untuk wanita berusia 65 tahun ke atas meningkat 43 persen. Sebagai perbandingan, angka untuk wanita dari semua usia, ras, dan etnis umumnya berada di tiga persen.

Apa Pemicunya?

Para peneliti menduga banyak faktor yang melatarbelakangi tren kasus kanker payudara meningkat. Mulai dari perubahan budaya hingga gaya hidup yang penuh tekanan.

"Ini tren yang nyata," kata Helen Chew, Direktur Program Kanker Payudara Klinis di UC Davis Health, dikutip dari CNN, Senin (9/8/2024).

"Sulit untuk mengetahui dengan tepat mengapa demikian. Apakah karena kita melihat masuknya orang-orang yang memiliki akses lebih sedikit ke perawatan? Apakah karena banyak hal secara budaya yang membuat mereka mungkin tidak ingin datang jika mereka melihat sesuatu di payudara mereka?"

Meski tren kasus meningkat, angka kematian relatif menurun. Ada sekitar 12 dari setiap 100.000 perempuan Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik dari segala usia meninggal karena kanker payudara pada 2023.

Tingkat kematian akibat kanker payudara di antara semua perempuan selama periode tersebut menurun 30 persen.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) tidak membagi tingkat kematian akibat kanker payudara untuk banyak kelompok perempuan Asia-Amerika yang berbeda, seperti mereka keturunan China atau Korea. Namun, CDC mulai membedakan antara perempuan Asia-Amerika dan perempuan Kepulauan Pasifik.

Hampir 9.000 perempuan Asia-Amerika meninggal karena kanker payudara dari tahun 2018 hingga 2023, dibandingkan dengan sekitar 500 perempuan Pribumi Hawaii dan Kepulauan Pasifik. Tingkat kematian akibat kanker payudara 116 persen lebih tinggi di antara perempuan Pribumi Hawaii dan Kepulauan Pasifik daripada di antara perempuan Asia-Amerika selama periode tersebut.

Tingkat kanker pankreas, tiroid, usus besar, dan endometrium, bersama dengan tingkat limfoma non-Hodgkin, juga baru-baru ini meningkat secara signifikan di kalangan wanita Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik di bawah usia 50 tahun, data NIH menunjukkan.

Jenis Kanker Paling Umum

Meski begitu, kanker payudara jauh lebih umum di kalangan wanita muda daripada jenis kanker lain, terutama karena wanita muda lebih mungkin menghadapi bentuk penyakit yang lebih agresif, dengan tingkat kematian tinggi.

"Kami melihat peningkatan sekitar empat persen per tahun," kata Scarlett Gomez, seorang profesor dan ahli epidemiologi di Helen Diller Family Comprehensive Cancer Center, University of California-San Francisco.

"Kami melihat peningkatan lebih dari empat persen per tahun pada wanita Asia/Kepulauan Pasifik yang berusia kurang dari 50 tahun."

Gomez adalah peneliti utama dalam sebuah studi besar yang meneliti penyebab kanker pada orang Asia-Amerika. Dia mengatakan belum ada penelitian yang cukup untuk mengetahui apa pemicu lonjakan kanker payudara baru-baru ini. Jawabannya mungkin melibatkan beberapa faktor risiko dalam jangka waktu yang lama.

"Salah satu hipotesis yang kami teliti di sana adalah peran stres," katanya.

"Kami mengajukan berbagai pertanyaan tentang berbagai sumber stres, berbagai gaya penanganan sepanjang hidup."

Kemungkinan besar bukan hanya ada lebih banyak skrining. "Kami melihat tren berdasarkan tahap diagnosis dan kami melihat peningkatan skrining.

"Tingkat peningkatan yang sangat tinggi di semua tahap penyakit," kata Gomez.

Ada Kaitan dengan Banyak yang Nunda Punya Anak?

Veronica Setiawan, seorang profesor dan ahli epidemiologi di Keck School of Medicine, University of Southern California, mengatakan tren tersebut mungkin terkait dengan imigran Asia yang mengadopsi beberapa gaya hidup yang membuat mereka berisiko lebih tinggi.

Setiawan adalah seorang penyintas kanker payudara yang didiagnosis beberapa tahun lalu pada usia 49 tahun.

"Wanita Asia, mereka menjadi lebih kebarat-baratan sehingga mereka mengalami pubertas lebih muda sekarang, memiliki usia lebih awal pada [siklus menstruasi pertama] dikaitkan dengan peningkatan risiko," kata Setiawan, yang bekerja dengan Gomez dalam studi kanker tersebut.

"Mungkin melahirkan di kemudian hari, kita menunda memiliki anak, kita tidak menyusui, semua itu dikaitkan dengan risiko kanker payudara." ***