Menu

Putin Dituduh Berencana Serang Pembangkit Listrik Negara Nuklir Ukraina

Rizka 25 Sep 2024, 23:07
Pembangkit listrik tenaga nuklir
Pembangkit listrik tenaga nuklir

RIAU24.COM Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menuduh di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berencana menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir di negaranya. Zelensky memperingatkan akan adanya konsekuensi yang mengerikan.

"Baru-baru ini saya menerima laporan yang mengkhawatirkan lagi dari intelijen kami. Sekarang Putin tampaknya memang merencanakan serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir dan infrastrukturnya, yang bertujuan untuk memutus jaringan listrik," kata Zelensky kepada Majelis Umum PBB dilansir AFP, Rabu (25/9).

Zelensky, yang menyampaikan pidatonya dalam bahasa Inggris, mengatakan Rusia menggunakan satelit untuk mengumpulkan gambar dan informasi terperinci tentang infrastruktur nuklir Ukraina.

"Setiap insiden kritis dalam sistem energi dapat menyebabkan bencana nuklir, hari seperti itu tidak boleh terjadi," kata Zelensky.

"Moskow perlu memahami hal ini, dan ini sebagian bergantung pada tekad Anda untuk menekan agresor," katanya.

"Ini adalah pembangkit listrik tenaga nuklir. Itu harus aman."

Putin sebelumnya memperingatkan bahwa negara-negara Barat akan berperang langsung dengan Moskow, jika mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh buatan Barat. Putin mengatakan tindakan semacam itu akan mengubah sifat dan ruang lingkup konflik.

Zelensky telah memohon kepada sekutu-sekutu Barat selama berbulan-bulan agar mengizinkan Kyiv menembakkan rudal-rudal jarak jauh buatan Barat, termasuk rudal ATACMS buatan Amerika Serikat (AS) dan rudal Storm Shadow buatan Inggris, jauh ke dalam wilayah Rusia.

Penggunaan rudal jarak jauh itu, menurut Kyiv, bertujuan untuk membatasi kemampuan Moskow dalam melancarkan serangan.

Dalam beberapa komentarnya yang paling keras mengenai masalah ini, seperti dilansir Reuters, Jumat (13/9), Putin menyebut langkah seperti itu akan menyeret negara-negara Barat yang memasok rudal jarak jauh kepada Ukraina secara langsung ke dalam perang, karena data penargetan satelit dan pemrograman jalur terbang rudal yang sebenarnya harus disesuaikan oleh personel militer NATO karena Kyiv tidak memiliki kemampuan itu.