Rocky Gerung soal Dekan Sempat Bekukan BEM FISIP Unair Perkara Karangan Bunga: Perilaku Kedunguan
RIAU24.COM - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Airlangga (Unair) sempat dibekukan oleh Dekan FISIP, Prof Bagong Suyanto.
Pembekuan itu lantaran disebabkan kiriman karangan bunga yang bersifat mengolok-olok Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat politik, Rocky Gerung, menilai langkah represif yang dilakukan Dekan FISIP Unair justru kontraproduktif jika bertujuan sebagai pengendalian terhadap kebebasan mahasiswa dalam berdemokrasi.
Rocky mengatakan tindakan represif itu menimbulkan keramaian di media sosial yang malah menjadi boomerang bagi pihak kampus.
Gelombang kritisisme itu dinilai akan menular ke pihak BEM kampus lainnya.
"Saya bisa bayangkan di pojok-pojok kafe, kantin atau kantor BEM. Itu mulai terjadi keributan yang juga kelucuan karena mereka pasti ya antara merasa kesal karena dibubarin atau dibekukan tapi juga seneng karena akhirnya berita muncul lagi dari Unair karena kritisisme masih ada pada Mahasiswa Unair."
"Lalu, ini akan tertular pada BEM yang lain kan pemerintah atau rektoran ini enggak ngerti BEM adalah jaringan bawah tanah sebetulnya yang terkoneksi secara samizdat," ujar Rocky Gerung seperti dikutip dari Rocky Gerung Official di Youtube yang tayang pada Senin (28/10/2024).
Kata Samizdat merujuk kepada bentuk aktivitas pembangkangan di Blok Timur.
Gerakan Samizdat mereproduksi tulisan-tulisan yang dilarang kemudian membagikannya secara diam-diam kepada publik
Samizdat biasanya mengkritik praktik pemerintah Soviet.
Kemudian di tengah era media sosial saat ini, alih-alih tindakan represif terhadap BEM FISIP Unair ini bisa mengendalikan situasi, justru malah membuat keramaian di masyarakat.
"Sekarang enggak mungkin diam-diam lagi, banyak ada sosial media sekali diucapkan di sebuah potongan TikTok atau Instagram itu langsung seluruh dunia tahu," katanya.
Rocky pun menyebut tindakan sang dekan merupakan sebuah kedunguan.
"jadi bayangkan, misalnya perilaku yang ditunjukkan oleh dekan Unair itu akan dicatat sebagai kedunguan, sebagai tang diosebut kedunguan karena dianggap bisa menghentikan."
"Enggak mungkin dihentikan, justru jadi viral maka berbondong-bondong orang untuk membully dekannya atau mem-bully rektornya," pungkas Rocky.
(***)