Hamas Peringatkan Trump dan Netanyahu Atas Ultimatum Gencatan Senjata Gaza

RIAU24.COM - Hamas mengatakan pada hari Rabu (12 Februari) bahwa mereka tidak akan menerima ancaman dari AS dan Israel atas perjanjian gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza.
"Posisi kami jelas, dan kami tidak akan menerima bahasa ancaman Amerika dan Israel. Israel harus berkomitmen untuk menerapkan ketentuan perjanjian gencatan senjata untuk pembebasan sandera," kata juru bicara Hamas Hazem Qassem dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan kelompok militan Palestina itu muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa mengatakan bahwa negaranya akan mengakhiri perjanjian gencatan senjata jika Hamas gagal mematuhi tenggat waktu Sabtu untuk pertukaran sandera dan tahanan berikutnya.
Netanyahu menambahkan bahwa Israel akan melanjutkan pertempuran sengit di Gaza jika kelompok militan Palestina tidak membebaskan sandera pada Sabtu tengah hari.
"Keputusan yang saya keluarkan dengan suara bulat di kabinet adalah ini: Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami pada Sabtu siang gencatan senjata akan dihentikan, dan IDF akan kembali ke pertempuran sengit sampai Hamas akhirnya dikalahkan," katanya.
Presiden AS Donald Trump juga mengeluarkan ultimatum serupa pada hari Senin, memperingatkan bahwa semua neraka akan pecah kecuali semua sandera yang ditahan di Gaza dibebaskan pada hari Sabtu.
Namun, kemudian pada hari Selasa, Trump mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan Hamas memenuhi tenggat waktu Sabtu untuk membebaskan lebih banyak sandera.
Delegasi Hamas di Kairo untuk membahas fase berikutnya dari gencatan senjata Gaza
Sementara itu, delegasi Hamas yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya, kepala gerakan Hamas di Jalur Gaza, tiba di Kairo, memulai pertemuan dengan para pejabat Mesir untuk membahas fase berikutnya dari gencatan senjata Gaza, dan menindaklanjuti implementasi perjanjian gencatan senjata, menurut laporan AFP.
Gencatan senjata Gaza dalam bahaya
Hamas menambahkan lapisan ketidakpastian lain pada perjanjian gencatan senjata yang sudah rapuh setelah mengumumkan bahwa mereka akan menunda pertukaran sandera dan tahanan yang dijadwalkan berikutnya tanpa batas waktu.
Kelompok militan Palestina menuduh Israel gagal menegakkan komitmennya.
"Pembebasan para tahanan (sandera Israel), yang dijadwalkan pada Sabtu depan, 15 Februari 2025, akan ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut, sambil menunggu kepatuhan Israel dan pemenuhan kewajiban retroaktif dari minggu-minggu terakhir," kata Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam.
(***)