Rupiah Hari Ini Melemah Disaat Meningkatnya Kekhawatiran Defisit APBN

RIAU24.COM -Nilai tukar rupiah hari ini terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan pada Rabu (12/3/2025) pagi.
Hal ini dipicu oleh kekhawatiran terkait meningkatnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Melansir Bloomberg pukul 09.35 WIB di pasar spot exchange, rupiah melemah 43,5 poin (0,27%) ke level Rp 16.452 per dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa (11/3/2025), rupiah juga tercatat turun 44 poin (0,27%) dan ditutup di level Rp 16.411 per dolar AS.
Disaat rupiah hari ini turun, indeks dolar AS naik 0,06 poin menjadi 103,4, sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 26 basis poin ke level 4,27%.
Seorang Analis mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, Goldman Sachs Group Inc memprediksi defisit APBN berpotensi terus melebar hingga mendekati batas yang ditetapkan, yakni 2,9% pada 2025.
Selain itu, Goldman Sachs juga mengubah peringkat obligasi pemerintah tenor 10 dan 20 tahun menjadi netral serta menyesuaikan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.
"Defisit APBN 2025 diperkirakan melebar akibat peningkatan belanja negara untuk berbagai program, seperti makan bergizi gratis (MBG), realokasi anggaran, pembentukan BPI Danantara, serta perluasan kebijakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui penerbitan SBN Perumahan," kata Ibrahim pada Selasa (11/3/2025).
Lebih lanjut, Ibrahim menuturkan bahwa meningkatnya risiko fiskal menjadi faktor utama yang menyebabkan Goldman Sachs menurunkan prospek pasar modal Indonesia.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah ketidakpastian perdagangan global serta perlambatan ekonomi domestik setelah Presiden Prabowo Subianto memperkenalkan serangkaian kebijakan fiskal baru.
Sebagai akibatnya, Goldman Sachs memproyeksikan defisit APBN 2025 akan mencapai 2,9%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 2,53%.
"Angka 2,9% ini sudah mendekati batas maksimal defisit APBN yang diperbolehkan pemerintah, yaitu 3%," tambah Ibrahim.
Menurutnya, perkiraan ini sejalan dengan meningkatnya risiko fiskal yang diwaspadai Goldman Sachs. Dalam satu dekade terakhir, defisit APBN hanya melebihi 3% pada masa pandemi Covid-19, yaitu pada 2020 dan 2021.
Saat itu, pemerintah memberikan pengecualian terhadap batas defisit akibat tingginya kebutuhan belanja negara untuk menangani pandemi, di tengah merosotnya penerimaan negara akibat perlambatan ekonomi.
Saat rupiah hari ini turun, beberapa mata uang Asia juga melemah. Yen Jepang turun 0,16% menjadi 148 yen per dolar AS, peso Filipina turun 0,16% menjadi 57,3 peso per dolar AS, dan ringgit Malaysia anjlok 0,30% menjadi 4,42 ringgit per dolar AS.
(***)