Menu

Setelah Diguncang Gempa Susulan 19 Kali, BMKG Pantau Gunung Api Bawah Laut di Perairan Ternate

Siswandi 8 Jul 2019, 11:16
Kondisi letusan gunung api bawah laut yang berada di kawasan lepas pantai Tonga, yang berada di kawasan Pasifik Selatan. Foto; int
Kondisi letusan gunung api bawah laut yang berada di kawasan lepas pantai Tonga, yang berada di kawasan Pasifik Selatan. Foto; int

RIAU24.COM -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini mulai fokus memantau aktivitas gunung api di bawah laut, yang berada di perairan Ternate, Maluku Utara. Sejak digoyang gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter Minggu 7 Juli 2019 tadi malam, hingga pagi ini Senin 8 Juli 2019, kawasan itu telah diguncang gempa susulan hingga sebanyak 19 kali.

Yang cukup mengejutkan, dari pantauan BMKG, ternyata cukup banyak gunung berada di bawah laut, yang berada di kawasan perairan Ternate. Pemantauan dilakukan, guna memastikan apakah gempa tersebut berdampak terhadap gunung-gunung berapi tersebut.  

mengungkapkan, di sekitaran lokasi bawah laut Manado dan Ternate ternyata banyak terhadap gunung api.

"Di sekitar Lokasi banyak gunung api di bawah laut di utara Manado dan sekitar Ternate sehingga BMKG terus melakukan pantauan selama tujuh hari ke depan bagaimana kondisi di sana," ungkap Deputi Geofisika BMKG,  Muhamad Sadly, dilansir okezone.  

Dikatakan, dalam melakukan pemantauan gunung api bawah laut tersebut, pihaknya juga berkoordinasi dengan pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Hal itu dinilai penting, guna memantau perkembangan gunung-gunung tersebut, setelah gempa mengguncang kawasan itu.

19 Kali
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, menerangkan, sejauh ini telah terjadi gempa susulan di wilayah tersebut hingga puluhan kali.

"Hingga pukul 00.54 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 19 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock)," ujarnya., dilansir viva.

Dikatakan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,53 Lintang Utara dan 126,18 Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di dasar laut pada kedalaman 49 km pada jarak 133 kilometer arah barat Kota Ternate, Maluku Utara.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa itu merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku. Gempa memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault) akibat adanya tekanan, kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur.

Akibatnya, tambah Rahmat, lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa berpotensi tsunami dengan level waspada untuk wilayah Minahasa Selatan dan Minahasa Utara bagian Selatan. "Peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi ini diakhiri pada pukul 00.09 WIB tanggal 8 Juli 2019," katanya.

Dengan demikian, masyarakat yang bermukim di kawasan itu diperboleh pulang ke rumah mereka. Selain itu, masyarakat juga diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. ***