Menu

IATA Prediksikan Dunia Penerbangan Merana Sampai Tahun 2023

M. Iqbal 15 May 2020, 11:45
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyatakan jika dampak wabah virus corona (COVID-19) di dunia penerbangan akan tetap ada hingga beberapa tahun ke depan. Bahkan, diprediksikan tetap ada sampai setidaknya 2023.

Dikutip dari CNBCIndonesia.com, Jumat, 15 Mei 2020, Menurut asosiasi yang berbasis di Kanada ini, permintaan untuk perjalanan udara telah turun lebih dari 90% di Eropa dan Amerika Serikat (AS) sejak pandemi dimulai. Lembaga itu juga memperingatkan bahwa pemulihan akan lebih lambat jika upaya penguncian (lockdown) dan pembatasan perjalanan diperpanjang.

"Kami meminta pemerintah untuk melakukan pendekatan bertahap untuk memulai kembali industri ini dan terbang lagi," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA, kepada "Squawk Box Europe" CNBC International, Kamis (14/5/2020). De Juniac berharap sebagian penerbangan akan dilanjutkan pada musim panas.

"Kami bermaksud membuka kembali dan meningkatkan pasar domestik pada akhir kuartal kedua, dan membuka pasar regional atau benua - seperti Eropa, Amerika Utara atau Asia-Pasifik - pada kuartal ketiga, dan antarbenua di musim gugur," ujarnya.

"Jadi untuk musim panas kami berharap Anda akan melihat penerbangan di Eropa kembali, dengan saya berharap harga menarik dan proses kontrol yang sangat aman," kata dia lagi.

Pernyataan itu disampaikan De Juniac setelah sebagian besar maskapai penerbangan dunia memutuskan untuk menghentikan sementara layanan demi mencegah penyebaran wabah COVID-19. Beberapa negara juga ada yang memberlakukan larangan keluar-masuk dari negara mereka, sehingga ini semakin menekan sektor transportasi, termasuk jalur udara.

Lebih lanjut, De Juniac memperingatkan bahwa meskipun industri penerbangan mulai aktif kembali, namun jika aturan karantina 14 hari wajib bagi para pelancong yang baru datang masih diberlakukan berbagai negara, maka hal itu bisa menjadi tekanan lainnya pada industri penerbangan.

Menurut De Juniac, kebijakan seperti itu pasti akan menghalangi banyak orang dari bepergian. Oleh karenanya ia menganjurkan pemerintah negara-negara dunia untuk tidak menerapkan tindakan karantina tersebut.

"Kami pikir itu tidak berguna asalkan kami telah menerapkan kontrol kesehatan dan sanitasi yang kami diskusikan dengan pemerintah. Ini benar-benar kunci untuk industri pariwisata yang sangat penting bagi banyak negara di Eropa," ucapnya.