Menu

Banyak Pihak yang Memusuhi KAMI, Gatot Nurmantyo: Orang Berakal tak Mau Diadu Domba

Siswandi 11 Sep 2020, 10:11
Gatot Nurmantyo saat deklaras KAMI di Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: int
Gatot Nurmantyo saat deklaras KAMI di Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: int

RIAU24.COM -  Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang juga inisiator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia agar mewaspadai pihak-pihak yang diduga berupaya menimbulkan perpecahan di negeri ini. 

Pihak-pihak tersebut, menurutnya sangat ingin Indonesia terpecah, karena ingin mengambil kekayaan Indonesia yang begitu melimpah ruah. 

“Negara mana yang tidak ingin seperti Indonesia. Di dalam bumi Indonesia bertebaran segala macam sumber daya alam, rakyatnya toleransi, sopan santun, punya gotong royong. Dengan seperti ini, sebenarnya berkeinginan untuk mengambil kekayaan Indonesia. Ini saya ingatkan, perpecahan bisa berdampak,” ujarnya, dikutip dari instagram pada Jumat, 11 September 2020.

"Senjata kita adalah KAMI, kekuatan akal manusia Indonesia. Jadi, orang-orang yang berakal tidak mau diadu-domba,” tambahnya, dilansir viva, Jumat 11 September 2020. 

Sementara terkait KAMI yang terus berkembang sejak dideklarasikan beberapa waktu lalu, Gatot juga mengakui banyak yang tidak suka dengan gerakan ini. Namun meski demikian,  gerakan KAMI terus tumbuh.

“Gerakan KAMI itu tidak bisa dihapus, percaya sama saya. Karena semakin hari makin tumbuh, saya pun bingung. Bahkan, Jawa Barat sampai tingkat kecamatan bikin KAMI, itu hebat,” kata Gatot 

Gatot menyadari banyak juga yang memusuhi gerakan KAMI ketika muncul, namun hiraukan saja karena tujuannya untuk menyelamatkan republik tercinta.

“Ada yang bilang KAMI jelek, biarin aja. Mereka musuhi tidak apa-apa, asal tujuannya untuk Indonesia,” ujar Presidium KAMI ini.

Menurut dia, ada tiga jenis manusia yakni pikirannya rendah, pikiran sedang dan pikiran tinggi. Kalau pikiran rendah, begitu Profesor Din Syamsuddin bicara tentang kondisi bangsa, maka yang dilihat itu pembicaranya bukan isi yang disampaikan.

Selanjutnya, pikiran menengah itu dilihat apa isi yang disampaikan. Sedangkan pikiran tinggi itu yang dilihat nilai-nilai apa yang disampaikan. ***