Menu

Harga Sawit di Riau Naik Rp 21,71/Kg, Ini Penyebabnya

M. Iqbal 29 Dec 2020, 12:09
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau mencatat jika harga tandan buah segar (TBS) terjadi kenaikan Rp 21,71/Kg atau mencapai 1,01 % dari harga minggu lalu

"Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan naik menjadi Rp 2.180,09/Kg," kata Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, Defris Hatmaja kepada Riau24.com, Selasa, 29 Desember 2020.

Dia menjelaskan, ada beberapa penyebab terjadinya kenaikan harga TBS itu. Dari segi faktor internal, kata dia, naiknya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga jual CPO dan harga kernel mengalami kenaikan dari seluruh perusahaan yang menjadi sumber data.

Untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami kenaikan harga sebesar Rp. 86,50/kg, PT. Sinar Mas Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp 93,46/Kg, PT. Asian Agri Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp 67,85/Kg, PT. Citra Riau Sarana mengalami kenaikan harga sebesar Rp 15,33/Kg dari harga minggu lalu.

Sedangkan untuk harga jual kernel, PT. Asian Agri Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp. 151,00/Kg, PT Citra Riau Sarana mengalami kenaikan harga sebesar Rp 97,00/Kg dari harga minggu lalu.

Sementara dari faktor eksternal, tambahnya, naiknya harga TBS minggu ini karena perekonomian global yang berangsur-angsur membaik membuat permintaan CPO perlahan mulai pulih. 

"Survei yang dilakukan oleh Intertek Testing Services menunjukkan bahwa ekspor minyak sawit Negeri Jiran pada periode 1-20 Desember naik 18,9% dibanding periode yang sama bulan lalu. Pada periode tersebut ekspor minyak sawit dilaporkan mencapai 1,07 juta ton dari sebelumnya 898 ribu ton di bulan sebelumnya. Kenaikan pengiriman ke Uni Eropa (UE) dan India turut mendongkrak," tuturnya.

Di sisi lain, kata Defris, supply justru diperkirakan akan semakin menipis. Permintaan yang membaik dan supply yang menipis membuat harga CPO terus menanjak di penghujung 2020.

"Selain itu, musim penghujan di Malaysia dan Indonesia - dua negara produsen CPO terbesar dunia - akan mempengaruhi produksi, stok. Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan, produksi CPO Negeri Jiran pada November 2020 adalah 1,49 juta ton. Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters, apalagi dibandingkan bulan sebelumnya," terang Defris.

"Sementara stok CPO Malaysia bulan lalu tercatat 1,56 juta ton. Turun dibandingkan Oktober 2020 yakni 1,57 juta ton," tutupnya.