Menu

Sejarah Hari Ini : Malaysia Jadi Boneka Inggris, Alasan Soekarno Tidak Menerima Kemerdekaan Negara Tetangga Tersebut

Devi 30 Dec 2020, 11:26
Foto : VOI
Foto : VOI

RIAU24.COM -  Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah yang panjang. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, pecahlah konfrontasi. Bung Karno saat itu menyebut Malaysia sebagai boneka Inggris. Ada alasannya. Di mata Soekarno, pemberian kemerdekaan kepada Malaysia merupakan strategi Inggris untuk menggoyahkan Asia Tenggara. Gerakan 'Ganyang Malaysia' disuarakan oleh Big Brother.

Berdasarkan sejarah, sejak pertengahan abad ke-18, tanah Malaya dikuasai oleh Inggris. Setelah itu, 8 Februari 1956, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Malaysia. Namun pada tahun 1961, Inggris merencanakan pembentukan Negara Federasi Malaysia yang tergabung dalam aliansi Tanah Melayu, Singapura, Sarawak dan Brunei. Tiba-tiba, rencana itu ditentang oleh Soekarno. Orang nomor satu di Indonesia itu menilai pembentukan Negara Federasi Malaysia sebagai proyek neokolonialisme Inggris.

“Indonesia mencurigai adanya intrik Inggris dan membenci fakta bahwa Federasi Malaysia akan dibentuk pada 16 September (1963),” kata Baskara Wardaya dalam acara Indonesia Against America in the Cold War Conflict 1953-1963 (2008).

Soekarno khawatir wilayah Malaya akan menjadi pangkalan militer Barat di Asia Tenggara. Pangkalan tersebut, kata Bung Karno, bisa mengganggu stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Dikutip dari Tjipta Lesmana dalam buku From Soekarno to SBY (2008), kecurigaan ini diutarakan Bung Karno di awal. Kehadiran Malaysia hanya sebagai "wayang nekolim" melawan Indonesia.

Dalam perjalanannya, tidak hanya Indonesia yang menolak mengakui keberadaan Malaysia. Filipina mengikuti jejak Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan federasi Malaysia. Karena aksi tersebut, Indonesia dan Filipina berada pada posisi yang berlawanan dengan Malaysia dan Inggris.

"Ganyang Malaysia"
Penolakan Bung Karno inilah yang membuat geram para pemuda di Malaysia. Mereka kemudian melempari KBRI Kuala Lumpur akibat ulah Bung Karno. Bersamaan dengan itu, beberapa hari setelah itu Malaysia memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia pada 17 September 1963. Tak mau kalah, Indonesia juga mengakhiri hubungan dagangnya dengan Malaysia pada 23 September 1963.

“Kenapa Malaysia juga terlibat dalam sejarah bangsa Indonesia? Ini terjadi ketika demonstrasi anti-Indonesia muncul di Kuala Lumpur. Saat itu banyak demonstran yang menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno. Tidak hanya itu, beberapa Para demonstran juga membawa lambang nasional Garuda Pancasila kepada Perdana Menteri Malaysia Tuanku Abdul Rahman dan memaksanya untuk menginjak Garuda. Sebagai pemimpin suatu negara, wajar jika Soekarno marah kepada Malaysia, ”tulis Abraham Panumbangan dalam buku The Uncensored of Bung Karno: The Mystery of the Life of the President (2020).

Soekarno yang sangat marah akhirnya melakukan gerakan yang disebut "Ganyang Malaysia". Dalam pidatonya di Yogyakarta, Bung Karno juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Malaysia melalui pidato dengan judul yang sama dengan gerakan yang dibangun "Ganyang Malaysia". Dalam pidatonya itu, ia menilai Malaysia sebagai bajingan yang harus ditepis bangsa Indonesia.

Pukulan dan sikat, jangan biarkan kotoran dan udara kita diinjak-injak oleh bajingan Malaysia itu. Doakan saya, saya akan pergi ke medan perang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru untuk Bangsa yang tidak mau diinjak-injak oleh harga dirinya. ke seluruh pelosok negeri kita akan bersatu untuk melawan penghinaan ini. Perlakuan ini akan kita balas dan kita tunjukkan bahwa kita masih punya gigi yang kuat dan kita juga tetap punya harga diri, ”kata Soekarno dalam pidatonya.

Sebagai bentuk kebencian yang tak tertahankan terhadap Malaysia, Soekarno sempat menangkap kekecewaannya pada Duta Besar AS, Howard Jones. Bung Karno menuturkan kepada Howard bahwa ia sangat menyayangkan sikap seorang kepala negara yang berani menginjak-injak simbol negara lain.

Namun, Howard tak bisa membantu Indonesia, meski dikenal sangat simpatik kepada Soekarno. Kondisi ini diperparah dengan konflik di tengah-tengah TNI. Selain itu, ada pernyataan Jenderal Ahmad Yani yang tidak akan mengarahkan pasukannya untuk menyerbu Malaysia.

Meski begitu, obsesi Soekarno menghancurkan Malaysia masih berkobar. Obsesi ini selalu menggejala di setiap hati dan jiwa masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Padahal, saat itu kekuasaannya terus dilucuti oleh Angkatan Darat pasca Gerakan 30 September. Soekarno tidak pernah menyerah. Hampir pasti dalam setiap pidatonya, Soekarno selalu menyinggung tentang politik konfrontasi untuk menjaga semangat juang sekaligus meminta dukungan rakyat Indonesia. Soekarno mengedepankan dua slogan saat itu, yaitu "Maju, Jangan Mundur" dan "Ini dadaku, mana dadamu?"

Tindakan Soekarno sebagai seorang revolusioner melawan Malaysia terus menggelora, setidaknya di hati mayoritas rakyat Indonesia. Kehebatannya di kancah politik internasional tak perlu diragukan lagi. Itulah sebabnya patung lilinnya dipajang di Museum Madame Tussaud di Amsterdam.

Mulai dari konferensi Asia Afrika 1955, ia kemudian mendirikan gerakan nonblok. Hingga akhirnya orator memutuskan untuk tidak aktif atau keluar dari PBB. Ia juga menikmati konfrontasi. Politik terkenalnya adalah Ganyang Malaysia sebagai protes terhadap apa Ia menyebut neokolonialisme di Sarawak. Namun, semua itu membuat orang-orang yang menjadi pemujanya benar-benar terbawa suasana dan lupa perut, ”tutup Yopie Hidayat dan Sandra Hamid dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Only Two Berkharisma (1992).