Menu

Merasa Ketakutan Seperti Wanita Lainnya, Pembawa Acara Wanita yang Mewawancarai Pemimpin Taliban Melarikan Diri Dari Afghanistan

Devi 1 Sep 2021, 11:07
Foto : IndiaTimes.com
Foto : IndiaTimes.com

RIAU24.COM -  Hanya beberapa hari setelah menguasai Kabul, Mawlawi Abdulhaq Hemad, seorang petinggi Taliban memberikan wawancara kepada seorang jurnalis wanita di ToloNews.

Sekarang, CNN telah melaporkan bahwa pembawa berita wanita yang bernama Beheshta Arghand, telah menjadi berita utama di seluruh dunia karena pekerjaannya, telah meninggalkan Afghanistan. Dilansir Riau24.com dari CNN, Arghand meninggalkan Afghanistan, dengan alasan banyak bahaya yang dihadapi oleh jurnalis dan warga Afghanistan biasa.

"Saya meninggalkan negara itu karena seperti jutaan orang, saya takut pada Taliban," katanya.

Saad Mohseni, pemilik ToloNews, mengatakan kasus Arghand adalah simbol dari situasi di Afghanistan.

"Hampir semua reporter dan jurnalis terkenal kami telah pergi," kata Mohseni di CNN's Handal Sources, Minggu. "Kami bekerja seperti orang gila untuk menggantikan posisi mereka dengan orang baru. Kami memiliki tantangan ganda untuk mencari orang [karena mereka merasa tidak aman] baru demi menjaga operasi tetap berjalan," tambahnya.

Arghand yang belajar jurnalisme di Universitas Kabul pernah bekerja di beberapa kantor berita dan stasiun radio untuk waktu yang singkat, sebelum bergabung dengan TOLONews baru-baru ini.

“Saya bekerja di sana selama satu bulan dan 20 hari, kemudian Taliban datang,” kenangnya.

Arghand yang melarikan diri dari negara itu bersama keluarganya dengan penerbangan evakuasi Angkatan Udara Qatar mengatakan dia masih berharap untuk kembali.

“Jika Taliban melakukan apa yang mereka katakan – apa yang mereka janjikan – dan situasinya menjadi lebih baik, dan saya tahu saya aman dan tidak ada ancaman bagi saya, saya akan kembali ke negara saya dan saya akan bekerja untuk negara saya. Untuk rakyat saya," katanya.

Wanita berusia 24 tahun itu berbagi cerita yang mirip dengan apa yang dialami oleh jurnalis Afghanistan, terutama wanita setelah Taliban berkuasa pada 15 Agustus 2021. 

Jurnalis wanita muda lainnya yang telah membuat marah Taliban karena pemberitaannya awal bulan ini mengatakan kepada The Guardian bahwa dia dalam pelarian, takut akan pembalasan dari para militan.