Sudah Pernah Hitung-hitungan Antara Nikmat dan Musibah yang Diberikan Allah?
RIAU24.COM - Bagi umat Islam, musibah dan nikmat adalah pemberian Allah Subhanahu wa Taala.
Tujuan diberikannya musibah atau nikmat untuk menguji keimanan seseorang.
Kalau sudah pernah menghitung-hitung musibah yang kita hadapi dibandingkan dengan nikmat yang Allah beri, lantas lebih banyak mana di antara keduanya?
Dikutip dari rumaysho.com, tetap yang lebih banyak adalah nikmat.
Sehingga kadang satu kondisi, kita malah bersyukur, padahal sedang mendapatkan musibah, bencana, ujian luar biasa.
Setelah ini, kita jangan sekali-kali menjadi orang yang lupa lalu tidak bersyukur atas segala nikmat yang diberikan.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
Allah mencela orang yang disebut kanud yaitu yang tidak mensyukuri nikmat. Mengenai ayat,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Ibnul Qayyim itu mengatakan bahwa karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka karena sifat di atas.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari, no. 5197 dan Muslim, no. 907).
Kalau tidak mensyukuri pemberian suami saja hukumannya seperti ini, padahal hakikatnya nikmat tersebut juga berasal dari Allah, bagaimana lagi jika kita enggan bersyukur atas nikmat Allah sama sekali. Lihat ‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hlm. 151.