Menu

Kisah Para Migran Indonesia yang Nekat Mengarungi Laut Berbahaya Untuk Mimpi Hidup Sejahtera di Malaysia

Devi 29 Dec 2021, 09:17
Foto : Aljazeera.com
Foto : Aljazeera.com

Ini hanyalah awal dari masalahnya. Anita mengatakan dia dipaksa bekerja dari jam 4 pagi sampai jam 11 malam setiap hari dan hampir tidak diberi makan yang cukup. Sarapan adalah roti kering tanpa mentega atau selai, sedangkan makan siang dan makan malam biasanya terdiri dari bubur nasi dan tulang ayam dengan sedikit daging.

“Saya disuruh membersihkan rumah dengan pemutih tanpa diberi alat pelindung apa pun seperti sarung tangan,” katanya, seraya menambahkan bahwa kulit di tangannya sering terkelupas, membuatnya kesakitan.

Setelah 11 bulan dianiaya, Anita memohon agar diizinkan pulang. Meskipun majikannya mengalah, dia hanya diberi tiket pesawat pulang dan gaji satu bulan sebesar $237 (RM 1.000) tunai. Baru setelah dia menemukan seorang pengacara di Sumatera Utara yang setuju untuk mewakilinya secara pro bono, dia dapat mencapai penyelesaian dengan agen tenaga kerja yang memberinya sisa uang yang menjadi hutangnya.

Tidak ada pilihan lain

Sekitar waktu yang sama dengan siksaan Antia, kematian Adelina Sau, seorang pekerja rumah tangga dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, menyebabkan kegemparan publik setelah diketahui dia dipukuli oleh majikannya dan disuruh tidur di luar di sebelah anjing keluarga.

Majikan Sau didakwa atas pembunuhannya tetapi dibebaskan oleh Pengadilan Tinggi Penang, putusan yang kemudian dikuatkan oleh pengadilan banding. Banding terhadap keputusan itu oleh jaksa agung sedang berlangsung di Pengadilan Federal Malaysia.

Halaman: 234Lihat Semua