Menu

Akibat Konflik yang Berkecamuk, Warga Yaman Makan Daun Demi Bertahan Hidup

Rizka 2 Feb 2022, 11:12
google
google

RIAU24.COM -  Di tengah perang saudara yang berkecamuk, warga Yaman tepatnya di wilayah terpencil di Yaman, terpaksa makan dedaunan untuk mencegah kelaparan.

“keluarga-keluarga di beberapa daerah Yaman yang paling terdampak seperti Hajjah melakukan tindakan putus asa seperti makan daun untuk bertahan hidup,” tulis WFP dalam Twitternya, yang disertai foto seorang warga sipil sedang memasak daun.

Dalam laporan yang dirilis pada Desember 2021, WFP mengatakan bahwa mereka telah kehabisan dana untuk menyediakan bantuan kepada warga Yaman. WFP terpaksa harus mengurangi bantuan yang disalurkan pada 8 juta warga mulai Januari 2022.

Dengan pengurangan bantuan, maka warga hanya akan menerima setengah dari jatah harian WFP. Organisasi tersebut mengatakan tengah membutuhkan donor bantuan secepatnya guna mencegah malnutrisi dan kondisi yang tidak diinginkan lainnya.

“Stok makanan WFP di Yaman hampir habis pada saat anggaran untuk krisis kemanusiaan di seluruh dunia mencapai batasnya. Kami sangat membutuhkan donor, yang sangat murah hati di masa lalu, untuk bekerja sama dengan kami demi menghindari bencana kelaparan yang mengancam ini,” kata Corinne Fleischer, Direktur Regional WFP untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, dalam laporan itu.

Pengurangan jumlah makanan terjadi di tengah krisis ekonomi di Yaman, sejalan dengan konflik yang berlangsung antara koalisi pemerintah dan kelompok Houthi. Mata uang terdevaluasi tajam disertai kondisi hiper-inflasi membuat ekonomi negara tersebut berada di ambang kehancuran.

Harga makanan naik lebih dari dua kali lipat di sebagian besar Yaman pada Desember lalu. Sementara itu, pertempuran di berbagai garis depan terus memaksa banyak keluarga untuk mengungsi.
"Rakyat Yaman sekarang lebih rentan dari sebelumnya, terhuyung-huyung dari konflik tanpa henti dan krisis ekonomi yang semakin parah, yang telah mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan,” kata Fleischer.

Krisis yang terjadi akibat konflik selama tujuh tahun terakhir itu digambarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Arab Saudi memimpin koalisi militer untuk memulihkan pemerintah Yaman, yang diakui secara internasional, setelah dikudeta Houthi pada 2014.

Lebih dari setengah penduduk Yaman atau 16,2 juta orang menghadapi kelaparan akut. Sementara, separuh balita (2,3 juta) berisiko kekurangan gizi.

WFP membutuhkan sekitar 813 juta dollar AS untuk terus membantu mereka yang paling rentan di Yaman hingga Mei. Pada tahun 2022, WFP membutuhkan 1,97 miliar dollar AS untuk terus memberikan bantuan makanan penting kepada keluarga di ambang kelaparan.