Menu

China Janji Bantu Damaikan Rusia-Ukraina: Perang Sudah Diluar Kendali 

Zuratul 22 Feb 2023, 09:47
Potret Xi Jinping bertemu denga Valdimir Putin di Rusia. (TheJakartaPost/Foto)
Potret Xi Jinping bertemu denga Valdimir Putin di Rusia. (TheJakartaPost/Foto)

RIAU24.COM - Pemerintah China menyatakan bahwa mereka sangat prihatin terkait perang di Ukraina dan berjanji akan mempromosikan dialog yang inklusif di antara pihak-pihak yang terlibat. 

"Beijing sangat prihatib (dengan konflik di Ukraina) yang meningkat dan bahkan lepas kendali," ujar Menteri Luar Negeri China yang baru Qin Gang saat pidato soal keamanan global pada Selasa (21/2), dilansir AFP. 

Qin juga mengatakan China akan bekerja sama dengan komunitas internasional guna mempromosikan dialog damai.

"[Kami] akan bekerja dengan komunitas internasional untuk mempromosikan dialog dan konsultasi, mengatasi masalah semua pihak dan mencari keamanan bersama," kata Qin dilansir CNNIndonesia.com

Pemerintah Beijing juga akan merilis usulan "solusi politik" terkait perang Rusia dan Ukraina pada pekan ini. 

Menjelang satu tahun invasi Rusia di Ukraina pada 24 Februari mendatang, Qin mengatakan China juga mendesak agar negara lain berhenti memasok senjata ke kedua pihak.

"Di saat yang sama, kami mendesak negara-negara berhenti menambah bahan bakar yang bisa memicu api sesegera mungkin, untuk berhenti melimpahkan kesalahan ke China." lanjut Menlu itu.

Komentar itu merespons pejabat AS yang menuduh China mengirim senjata ke Rusia.

Qin juga menyinggung beberapa pihak yang memprovokasi keadaan dengan menggemakan narasi bahwa Taiwan juga akan bernasib serupa dengan Ukraina karena berpotensi diinvasi China.

"Setop membuat keributan dengan teriak-teriak 'Hari ini Ukraina, besok Taiwan'," ujar Qing lagi.

Selama invasi Rusia di Ukraina, negara Barat, terutama AS, kerap menyatakan Taiwan akan menjadi Ukraina selanjutnya. Asumsi itu muncul lantaran China kerap mengintimidasi pulau itu dengan aksi militer.

AS dan China selama ini memang sering berselisih karena berbagai hal, mulai dari isu perdagangan, teknologi, hak asasi manusia, hingga soal Taiwan.

(***)