Demo Tolak Reformasi Pensiun di Prancis Rusuh, Raja Inggris Batalkan Kunjungan
RIAU24.COM - Raja Charles III dan Permaisuri Camilla dari Kerajaan Inggris membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Prancis akhir pekan ini setelah negara itu dilanda demo rusuh.
Para aktivis anti-pemerintah Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya telah mengancam akan menargetkan kunjungan Raja Charles. Para aktivis dan demonstran marah atas reformasi pensiun.
Menurut Kepresidenan Prancis, kunjungan Raja Charles rencananya dimulai hari Minggu besok. Namun kunjungan itu dijadwalkan ulang karena situasi tidak memungkinkan.
Keputusan pembatalan kunjungan itu dibuat setelah Presiden Emmanuel Macron dan Raja Charles melakukan panggilan telepon.
"Mengingat pengumuman kemarin tentang protes nasional lainnya terhadap reformasi pensiun pada hari Selasa, kunjungan Raja Charles, yang awalnya dijadwalkan pada 26 hingga 29 Maret, akan ditunda," kata pihak Istana Elysee, seperti dikutip Sindonews dari AFP, Sabtu (25/3/2023).
Seorang juru bicara Istana Buckingham juga mengatakan: “Kunjungan Kenegaraan Raja dan Permaisuri ke Prancis telah ditunda. "Yang Mulia sangat menantikan kesempatan untuk mengunjungi Prancis segera setelah tanggal ditemukan," lanjut juru bicara tersebut.
Kunjungan kenegaraan pasangan itu ke Jerman, yang dijadwalkan pada 29 Maret hingga 2 April, akan berjalan sesuai rencana. Demo rusuh anti-Macron dipicu oleh reformasi pensiun. Pekan lalu, Macron menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun tanpa pemungutan suara Parlemen, yang akhirnya memicu kemarahan di seluruh negeri.
Lebih dari 1 juta aktivis turun ke jalan dari Paris ke Marseilles untuk berkampanye menentang reformasi itu. Sementara banyak demonstrasi berlangsung damai, kekerasan pecah ketika petugas polisi bentrok dengan kelompok demonstran bertopeng, beberapa di antaranya menyalakan api di Balai Kota bersejarah di kota barat daya Bordeaux.
Setidaknya ada 903 tindakan pembakaran di ibu kota saja, kata Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin. Laporan media lokal menyebut para penjarah menargetkan toko-toko, menggeledah cabang McDonald's, menghancurkan halte bus, menghancurkan tempat duduk umum, dan membakar gundukan sampah.
Polisi anti-huru hara menggunakan gas air mata, pentungan, granat kejut, dan meriam air untuk mencoba membubarkan massa yang meneriakkan "revolusi". Sekitar 149 petugas polisi terluka parah dan 172 orang ditangkap di seluruh negeri.