Balas G7, Korea Utara Sebut Posisinya Sebagai Negara Nuklir Sudah Final dan Tidak Dapat Diubah
RIAU24.COM - Setelah G7 mengutuk peluncuran rudal balistiknya dan menuntut denuklirisasi sepenuhnya, Korea Utara membalas pada hari Jumat dengan mengatakan posisinya sebagai kekuatan nuklir adalah final dan tidak dapat diubah.
Ini terjadi setelah para menteri G7 dalam pernyataan bersama mengutuk Korea Utara karena peluncuran rudal balistik yang melanggar hukum dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk peluncuran 13 April yang diklaim Korea Utara sebagai Rudal Balistik Antarbenua berbahan bakar padat.
"Kami menegaskan kembali komitmen kami yang tak tergoyahkan untuk tujuan pengabaian senjata nuklir dan program nuklir Korea Utara yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah, dan program senjata pemusnah massal (WMD) dan rudal balistik lainnya," bunyi dokumen G7.
Menanggapi AS dan negara-negara G7 lainnya, Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengatakan negara itu akan tetap menjadi kenyataan yang tak terbantahkan bahkan jika itu tidak diterima.
Dia juga mengutuk AS dan anggota lainnya karena mendesak Pyongyang untuk melakukan denuklirisasi.
Dia mengatakan bahwa pengembangan senjata nuklir Pyongyang semata-mata dilakukan untuk melindungi diri dari ancaman Amerika.
Dia mendesak Washington untuk menghentikan kebijakan bermusuhan terhadap Korea Utara untuk menjaga keamanannya sendiri.
"Ini adalah ide anakronistik jika Anda berpikir bahwa hanya Washington yang memiliki hak dan kemampuan untuk melakukan serangan nuklir," lapor Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengutip menteri luar negeri.
"Selama kami memiliki kekuatan untuk membalas ancaman nuklir AS, kami tidak akan pernah mencari pengakuan atau persetujuan dari siapa pun," imbuhnya.
Choe mengatakan mendesak Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi adalah campur tangan ilegal dalam masalah internal negara. Menteri lebih lanjut memperingatkan negara-negara AS dan G7 bahwa Pyongyang akan mengambil tindakan keras jika kedaulatan dan kepentingan fundamentalnya dilanggar.
"Kami akan melanjutkan semua tindakan sah yang diberikan kepada negara berdaulat mana pun sampai ancaman militer dari AS dan pasukan musuh sekutunya benar-benar dihilangkan, dan lingkungan bermusuhan yang menghambat keberadaan dan pembangunan independen kami pada dasarnya berakhir," kata Choe.
Latihan AS dan Korea Selatan menyulut ketegangan
Korea Utara telah meningkatkan peluncuran balistiknya belakangan ini ketika AS dan Korea Selatan melakukan latihan militer tahunan mereka. Latihan ini telah memicu tanggapan marah dari Korea Utara, yang menjulukinya sebagai praktik perang nuklir habis-habisan.
Korea Utara juga menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat untuk pertama kalinya minggu lalu. Itu dilihat sebagai salah satu pertunjukan militer paling provokatif dalam ingatan baru-baru ini.
Rudal itu disebut-sebut sebagai senjata yang lebih mobile dan sulit dideteksi yang seolah-olah dapat menargetkan seluruh AS.
(***)