Menteri Keamanan Israel: Negara Kami Bertanggung Jawab Atas Masjid Al-Aqsa
RIAU24.COM - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, pada Minggu (21 Mei) mengunjungi masjid Al-Aqsa untuk kedua kalinya sejak dia menjabat dan menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas tempat suci yang disengketakan di Yerusalem.
Langkah tersebut sejak itu menuai kecaman dari warga Palestina dan juga terjadi di tengah eskalasi baru-baru ini dan meningkatnya ketegangan antara Israel dan
Pernyataan tersebut muncul saat kunjungan pagi ke kompleks yang terletak di Kota Tua Yerusalem yang dikenal sebagai Temple Mount bagi orang Yahudi dan dianggap sebagai situs paling suci Yudaisme dan sisa-sisa dari dua kuil kepercayaan kuno.
“Saya senang mendaki Temple Mount, tempat terpenting bagi orang Israel,” kata Ben-Gvir.
Sesuai perjanjian lama orang Yahudi diizinkan untuk mengunjungi situs tersebut, tetapi tidak untuk berdoa di Temple Mount.
Namun, situs tersebut baru-baru ini menyaksikan masuknya pengunjung Yahudi yang semakin menentang larangan tersebut, kurang lebih secara terbuka. Ini juga memicu ketakutan di kalangan warga Palestina yang menyebutnya sebagai provokasi di masa lalu.
Kunjungan menteri Israel juga terjadi beberapa hari setelah Israel menandai Hari Yerusalem yang merayakan penaklukan Israel atas Yerusalem timur, termasuk Kota Tua, setelah perang Timur Tengah pada tahun 1967.
“Semua ancaman dari Hamas tidak akan membantu, kami bertanggung jawab di sini di Yerusalem. dan seluruh Tanah Israel,” kata Ben-Gvir.
Menteri Keamanan Nasional juga memposting gambar dirinya di Telegram di masjid Al-Aqsa dan menulis, “Yerusalem adalah jiwa kami.”
Dia menambahkan, “Ancaman Hamas tidak akan menghalangi kita, saya pergi ke Temple Mount!”
Kunjungan tersebut juga kemudian dikonfirmasi oleh polisi Israel yang mengatakan bahwa itu berlalu tanpa insiden apapun.
Rapat Kabinet Israel di Kota Tua
Beberapa jam setelah kunjungan kontroversial tersebut, pada hari Minggu, para politisi top dari Israel juga mengadakan rapat kabinet yang jarang terjadi di terowongan di bawah Tembok Ratapan.
“Berkali-kali, teman-teman saya dan saya terpaksa menolak tekanan internasional dari pihak yang akan memecah Yerusalem lagi,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti dikutip AFP, di awal pertemuan.
Dia juga mengatakan bagaimana beberapa pemimpin di Israel siap untuk menyerah pada tekanan itu tetapi pihaknya telah bertindak berbeda dan juga dilaporkan merayakan perluasan pemukiman Israel di Yerusalem timur yang dianggap ilegal oleh komunitas internasional.
Ini terjadi juga setelah beberapa orang menyatakan keprihatinan atas pemerintahan Netanyahu yang baru terpilih dan sekutu sayap kanannya, terutama atas hubungan mereka dengan Palestina.
Seorang juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa "penyerbuan menteri Israel pada dini hari, seperti pencuri, ke halaman Masjid Al-Aqsa tidak akan mengubah kenyataan dan tidak akan memaksakan kedaulatan Israel atasnya."
Kantor kepresidenan juga menyebut kunjungan itu ‘melukai’ Masjid Al-Aqsa dan Israel sedang ‘bermain api’.
Juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeineh mengatakan wilayah itu akan didorong ke dalam perang agama dengan konsekuensi yang tak terbayangkan yang akan mempengaruhi semua orang. Dia juga menyebut kunjungan Ben-Gvir sebagai serangan terang-terangan di masjid.
Kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza yang diblokade, juru bicara Hamas mengatakan Israel akan menanggung konsekuensi atas serangan biadab di masjid Al-Aqsa.
Ia menambahkan, langkah tersebut mengkonfirmasi kedalaman bahaya yang membayangi Al-Aqsa, di bawah pemerintahan fasis Zionis dan arogansi para menterinya dari ekstrem kanan.
Dewan Urusan Wakaf Islam Yordania, yang berfungsi sebagai penjaga masjid, menyebut kunjungan menteri Israel itu sebagai penyerbuan terang-terangan dan penodaan masjid Al-Aqsa yang diberkahi.
“Yang tidak kalah berbahaya adalah seruan pemerintah pendudukan (Israel) untuk mengadakan pertemuannya pagi ini di kawasan Tembok Barat,” kata Wakaf, dalam sebuah pernyataan.
Kementerian luar negeri Yordania menyebut kunjungan itu sebagai langkah provokatif yang dikutuk serta eskalasi yang berbahaya dan tidak dapat diterima.
Ia menambahkan bahwa langkah tersebut, “mewakili pelanggaran hukum internasional yang mencolok dan tidak dapat diterima, dan status quo sejarah dan hukum di Yerusalem dan tempat-tempat sucinya”.
Insiden itu terjadi setelah pertempuran antara Israel dan militan Gaza berakhir pekan lalu menyusul gencatan senjata antara kedua faksi yang dimediasi Mesir.
Setidaknya 34 warga Palestina dan satu warga Israel tewas selama permusuhan yang berlangsung selama berhari-hari.
Kementerian luar negeri Mesir pada hari Minggu meminta Israel untuk segera menghentikan praktik eskalasi yang mengobarkan ketegangan yang sudah ada sebelumnya di wilayah pendudukan (Palestina).
(***)