Diplomat Uni Eropa: Ancaman Nuklir Putin Dapat Menghancurkan Hubungan dengan China
RIAU24.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan banyak peringatan bahwa penyebaran senjata nuklir taktis di Ukraina sudah di atas meja.
Menanggapi ancaman dari para pemimpin Barat, Rusia mulai mempersiapkan latihan rudal minggu ini di dekat Ukraina yang mensimulasikan penggunaan rudal nuklir taktis ini.
Seorang diplomat top Eropa telah memperingatkan bahwa jika Kremlin menindaklanjuti ancaman tersebut, hubungannya dengan China akan hancur.
Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan program HardTalk BBC bahwa presiden Rusia menggertak tentang prospek penyebaran senjata nuklir.
Ketika ditanya apakah Eropa bisa mengabaikan ancaman nuklir Presiden Putin, Landsbergis menjawab, "Bisakah kita menghitung berapa kali dia melakukan ini di masa lalu? Ini beberapa kali. Itu selalu gertakan."
"Dia tidak mendapatkan apa-apa dari ini, tetapi segalanya hilang. Beberapa negara ada di pihaknya, atau menurutnya begitu. China jelas mendukung Rusia, dan mitra global di Amerika Latin dan Afrika juga lebih mungkin berada di pihak Putin," kata Landsbergis.
"Tetapi jika ancaman menjadi kenyataan, seluruh kemitraan akan hilang dalam sekejap," tambah Landsbergis.
"Putin telah mengancam akan menggunakan senjata nuklir berkali-kali, tetapi itu selalu gertakan. Dia tidak mendapatkan apa-apa dari perang nuklir, dia memiliki segalanya untuk hilang. Ketika ancamannya yang kosong membuat kita mundur, dia tetap meningkat. Setiap saat. Itulah realitas de-eskalasi," Landsbergis memposting di X bersama dengan klip dari wawancara.
Pengiriman bantuan Barat yang tertunda, menurut Landsbergis, memberi kesan yang salah kepada Presiden Putin.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa itu dapat menyebabkan konflik di luar Ukraina dan melibatkan negara-negara lain.
"Karena kami mengirim sinyal yang sangat jelas kepada Putin: jika Anda mengancam kami, kami akan mundur. Kita harus bertanya, jika Putin menyerang negara lain dan mengancam nuklir taktis, apa yang akan kita lakukan?," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa mengirim tentara NATO ke Ukraina seharusnya tidak pernah dikesampingkan, dan bahwa Lithuania akan menjadi bagian dari koalisi apa pun yang akan membantu Ukraina menang.
Ini terjadi ketika Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menginstruksikan Presiden China Xi Jinping untuk membujuk sekutunya Rusia untuk menghentikan perang dengan Ukraina.
Dia mengatakan bahwa China diperkirakan akan menggunakan semua pengaruhnya terhadap Rusia untuk menghentikan perang agresi Rusia terhadap Ukraina, seperti yang dinyatakan olehnya.
Dia juga mengatakan bahwa Presiden Xi telah memainkan peran penting dalam mengurangi ancaman nuklir Rusia yang sembrono, dan ada kepercayaan bahwa dia akan terus melakukannya.
(***)