Menu

Viral Dokter di Malaysia Bunuh Diri Diduga Karena Perundungan, Begini Awal Mulanya

Devi 18 Sep 2024, 10:29
Viral Dokter di Malaysia Bunuh Diri Diduga Karena Perundungan, Begini Awal Mulanya
Viral Dokter di Malaysia Bunuh Diri Diduga Karena Perundungan, Begini Awal Mulanya

RIAU24.COM -  Menteri Kesehatan Malaysia dan badan profesional medis telah menyerukan penyelidikan menyeluruh atas kematian seorang dokter di Sabah, Malaysia. Ia diduga bunuh diri karena perundungan di tempat kerja.

dr Tay Tien Yaa, 30, mengepalai Unit Patologi Kimia di Rumah Sakit Lahad Datu dan ditemukan tewas di rumah sewaannya pada 29 Agustus. Kematiannya menjadi sorotan publik setelah saudara laki-lakinya mengunggah sebuah posting Facebook tentang bunuh diri dr Tay yang diklaim disebabkan oleh perundungan di tempat kerja.

Menanggapi masalah ini, dr Dzulkefly Ahmad, Menteri Kesehatan Malaysia, mengatakan bahwa ia telah mengambil pendekatan tanpa toleransi terhadap perundungan.

"(Saya) akan tetap teguh pada kebijakan ini," tulisnya di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, pada hari Senin, dikutip dari CNA.

"Seluruh pegawai Kementerian Kesehatan berhak mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan adil. Saya memahami bahwa budaya kerja yang 'toksik' ini masih ada, jadi para pelaku harus menghentikannya!"

 Dalam sebuah pernyataan, Ikatan Dokter Malaysia juga menyerukan penyelidikan menyeluruh atas kematian dr Tay.

Presidennya Kalwinder Singh Khaira mengatakan kehilangan tragis itu menggarisbawahi kekhawatiran serius tentang kesehatan mental dan kesejahteraan dokter di sistem perawatan kesehatan publik.

"Komunitas medis memantau situasi ini dengan saksama, dan kami menghargai respons yang cepat dan transparan," katanya.

Survei yang dilakukan pada tahun 2023 menemukan bahwa 30-40 persen dokter di Malaysia pernah mengalami beberapa bentuk perundungan, dan Ikatan Dokter Malaysia menyatakan "kekhawatiran yang mendalam" atas temuan tersebut.

Sebelumnya, lembaga ini juga mendesak para dokter untuk melaporkan perundungan di tempat kerja atau mengajukan laporan polisi.

Di sisi lain, polisi setempat mengatakan tidak ada dugaan tindak pidana dalam kematian dr Tay. Media baru The Star mengutip kepala polisi distrik Lahad Datu, Dzulbaharin Ismail yang mengatakan bahwa insiden tersebut telah diklasifikasikan sebagai kematian mendadak.

Kronologi Menurut Klaim Pihak Keluarga

Sementara keluarga dr Tay menuliskan rasa duka di Facebook atas bunuh dirinya yang mereka klaim disebabkan oleh perundungan di tempat kerja. Sepanjang hidupnya, orang-orang yang mengenalnya akan mengingatnya sebagai sosok yang baik, peduli, penuh perhatian, setia, dan seorang saudara perempuan, teman, kolega, mitra, serta pemimpin yang luar biasa," tulis saudara perempuannya.

"Dalam keterkejutan yang luar biasa karena kehilanganmu, keluarga dekat dan teman-temanmu dihantui oleh penyesalan, rasa bersalah, kesedihan, dan menyalahkan diri sendiri yang tak berkesudahan," lanjutnya lagi.

 Ia mengatakan bahwa dr Tay lulus dari Universitas Kedokteran Negeri Volgograd Rusia pada tahun 2013 dan pernah bekerja di Johor dan Kuala Lumpur sebelum menyelesaikan masternya di bidang patologi kimia tahun lalu di Universiti Kebangsaan Malaysia.

Dia menikah pada bulan September 2023. Pada bulan Februari tahun ini, ia mulai bekerja di Rumah Sakit Lahad Datu "dengan penuh harap".

"Rumah sakit itu adalah tempat yang benar-benar baru dan asing baginya, dan dia terpisah dari suaminya yang telah menjadi pilar pendukungnya," kata saudara laki-lakinya.

Dia berpegang pada janji yang diberikan kepadanya bahwa dia akan dipindahkan kembali ke semenanjung untuk memulai sebuah keluarga dengan suaminya setelah dua tahun bertugas di Rumah Sakit Lahad Datu.

Saudara laki-laki dr Tay mengklaim bahwa meskipun sudah terbebani dengan pekerjaan, dia malah dilimpahkan tanggung jawab lain oleh rekan senior yang "menganiaya dan menindas" dirinya.

"Beliau adalah seorang dokter luar biasa yang mengabdikan hidupnya untuk masyarakat, namun tekanan dan perundungan yang sangat besar di tempat kerjanya akhirnya membuatnya mengakhiri hidupnya," tulisnya.

"Peristiwa tragis ini menyoroti masalah serius dalam industri medis, seperti stres di tempat kerja dan perundungan, yang masih terus terjadi," tambahnya.

"Rasa sakit kehilangan orang yang kita cintai tidak terlukiskan, terutama jika tidak ada perpisahan yang pantas. Saya berharap pengalaman ini akan menginspirasi kesadaran yang lebih besar dan peningkatan kesehatan mental serta kondisi kerja para pekerja kesehatan." ***