Menu

Netanyahu Beri Tahu IDF Kurangi Serangan Lebanon, Klaim Laporan Sekutunya Menuntut Gencatan Senjata 21 Hari

Amastya 26 Sep 2024, 17:54
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan konferensi pers di Kantor Pers Pemerintah (GPO) di Yerusalem pada 4 September 2024 /AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan konferensi pers di Kantor Pers Pemerintah (GPO) di Yerusalem pada 4 September 2024 /AFP

RIAU24.COM Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengurangi serangan mereka di Lebanon mengingat AS, Prancis dan sekutu lainnya menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari, sebuah laporan di The Times of Israel mengklaim, mengutip Channel 12.

Sementara basis pemilih Netanyahu dengan tegas menentang langkah mengalah melawan Hizbullah, PM Israel tampaknya berkonflik.

Laporan Channel 12 lainnya, mengutip pejabat di kantor Netanyahu menyatakan bahwa ada lampu hijau untuk gencatan senjata dengan kelompok militan itu.

Apa yang diminta sekutu?

AS, Prancis dan sekutu lainnya menuntut agar Israel dan Hizbullah segera menghentikan permusuhan sambil juga mendesak gencatan senjata di Gaza.

"Situasi antara Lebanon dan Israel sejak 8 Oktober 2023, tidak dapat ditoleransi dan menghadirkan risiko yang tidak dapat diterima dari eskalasi regional yang lebih luas," bunyi pernyataan itu.

"Ini bukan kepentingan siapa pun, baik rakyat Israel maupun rakyat Lebanon," lanjut pernyataan itu.

"Sudah waktunya untuk menyimpulkan penyelesaian diplomatik yang memungkinkan warga sipil di kedua sisi perbatasan untuk kembali ke rumah mereka dengan aman," tambah pernyataan tersebut.

Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan bahwa pertempuran antara Israel dan Hizbullah mengancam akan menjadi perang habis-habisan yang dapat memiliki efek limpahan yang serius.

"Perang habis-habisan mungkin terjadi, tetapi saya pikir ada juga peluang kita masih dalam permainan untuk memiliki penyelesaian yang secara mendasar dapat mengubah seluruh wilayah," kata Biden dalam sebuah wawancara TV.

Permusuhan antara kedua belah pihak telah meningkat setelah Israel diduga menanam bahan peledak di pager yang digunakan oleh pejuang Hizbullah dan meledakkannya dari jarak jauh.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel menewaskan sedikitnya 558 orang pada Senin (23 September) hari kekerasan paling mematikan di negara itu sejak perang saudara 1975-90.

Sementara itu, Hizbullah pada hari Rabu mengklaim telah menembakkan rudal balistik yang menargetkan markas besar agen mata-mata Israel Mossad di dekat Tel Aviv.

Ini adalah pertama kalinya kelompok itu mengklaim serangan rudal balistik sejak pertempuran hampir setahun dengan Israel dimulai setelah Hamas melakukan serangan 7 Oktober.

(***)