Menu

Israel Lewatkan Kesempatan untuk Melenyapkan Pemimpin Hamas Sinwar, Inilah Alasannya

Amastya 30 Sep 2024, 20:22
Gambar menunjukkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan pemimpin Hamas Yahya Sinwar (kanan) /Agensi
Gambar menunjukkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan pemimpin Hamas Yahya Sinwar (kanan) /Agensi

RIAU24.COM - Badan-badan keamanan Israel memiliki kesempatan untuk membunuh kepala Hamas Yahya Sinwar tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya, khawatir akan nyawa para sandera yang saat ini berada di tahanan kelompok militan itu, sebuah laporan di The Jerusalem Post, mengutip berita N12 telah mengklaim.

Laporan itu menyatakan bahwa Sinwar telah mengepung dirinya dengan para sandera dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia untuk menghindari ditembak mati oleh pasukan Israel.

Sinwar diyakini bersembunyi di terowongan di bawah Gaza.

Menurut laporan media, Sinwar telah mengamankan tempat persembunyiannya setelah mengetahui tentang serangan udara Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah di pinggiran selatan Beirut, Lebanon.

Laporan itu muncul di latar belakang laporan yang mengklaim bahwa Tel Aviv sedang menyelidiki kemungkinan Sinwar meninggal karena dia tidak dapat berkomunikasi untuk waktu yang relatif lama.

Tel Aviv telah menegaskan kembali bahwa kematian Sinwar mungkin menjadi paku terakhir di peti mati bagi Hamas, yang telah menghadapi kerugian signifikan dalam hierarki puncaknya dalam beberapa pekan terakhir.

Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh sebagai kepala Hamas setelah yang terakhir dibunuh di Iran.

Haniyeh diduga dinetralkan oleh Israel menggunakan alat peledak yang diselundupkan ke wisma tempat dia menginap di Teheran.

Siapa Sinwar?

Lahir di Khan Younis pada tahun 1962, Sinwar dipandang sebagai salah satu pejabat tinggi Hamas yang tanpa kompromi.

Pada awal 1980-an, Sinwar berulang kali ditangkap oleh Israel karena keterlibatannya dalam aktivisme anti-pendudukan yang diadakan di Universitas Islam di Gaza.

Setelah menyelesaikan kelulusannya, Sinwar mendirikan jaringan pejuang yang dilatih untuk perlawanan bersenjata melawan Israel.

Kemudian, kelompok ini menjadi Brigade Qassam yang terkenal, yang merupakan sayap militer Hamas.

Bersama Mohammed Deif, kepala Brigade Qassam, Sinwar merencanakan serangan 7 Oktober, yang fondasinya ditetapkan setelah IDF melakukan penggerebekan di masjid Al Aqsa pada Mei 2021.

Dalam 23 tahun yang dia habiskan di penjara Israel, Sinwar belajar bahasa Ibrani dan juga berpengalaman dalam urusan politik Israel.

Pada tahun 2011, ia dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan di mana tentara Israel Gilad Shalit dibebaskan dari Hamas.

(***)