Menu

Megawati Tarik Semua Kader PDI-P dari Program Retret Presiden Prabowo Subianto Usai Penangkapan Hasto

Devi 21 Feb 2025, 15:03
Megawati Tarik Semua Kader PDI-P dari Program Retret Presiden Prabowo Subianto Usai Penangkapan Hasto
Megawati Tarik Semua Kader PDI-P dari Program Retret Presiden Prabowo Subianto Usai Penangkapan Hasto

RIAU24.COM - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri pada hari Kamis memerintahkan semua gubernur, wali kota, dan bupati terpilih dari partainya untuk menarik diri dari program retret Presiden Prabowo Subianto, beberapa jam setelah penangkapan ajudan dekatnya, Hasto Kristiyanto, atas tuduhan korupsi.

Arahannya itu muncul hanya sehari setelah para pemimpin daerah terpilih dijadwalkan menghadiri retret curah pendapat di Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah, bersama presiden dan tokoh penting lainnya.

Sebelumnya pada hari itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara resmi menahan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, dengan tuduhan menyuap penyelenggara pemilu dan menghalangi keadilan.

“Diinstruksikan kepada seluruh pimpinan daerah dan wakil rakyat untuk menunda perjalanan menuju tempat peristirahatan di Magelang yang dijadwalkan pada tanggal 21-28 Februari 2025. Bagi yang sudah dalam perjalanan agar menghentikan perjalanan dan menunggu instruksi lebih lanjut,” demikian bunyi surat edaran yang ditandatangani Megawati.

Arahan itu juga menginstruksikan pejabat terpilih PDI-P untuk tetap bersiaga dan menjaga perangkat komunikasi mereka tetap aktif.

Pergeseran ke Oposisi?

Langkah Megawati dapat menjadi sinyal perubahan PDI-P yang telah lama dinantikan untuk menjadi satu-satunya partai oposisi, terutama karena Prabowo terus mendapatkan dukungan dari partai-partai politik besar lainnya.

PDI-P, yang memerintah Indonesia di bawah pemerintahan Joko "Jokowi" Widodo, mengalami kemunduran elektoral yang besar pada tahun 2024. Calon presidennya, Ganjar Pranowo, berada di posisi terakhir dalam persaingan tiga arah, yang akhirnya dimenangkan oleh Prabowo.

Menambah tantangan partai, hubungan PDI-P yang dulunya dekat dengan Jokowi memburuk setelah putranya, Gibran Rakabuming Raka, mencalonkan diri sebagai wakil presiden Prabowo. PDI-P menuduh Jokowi memanipulasi sistem pemilu, merujuk pada keputusan menit terakhir Mahkamah Konstitusi untuk mengubah persyaratan usia minimum bagi calon presiden dan wakil presiden, sebuah langkah yang secara langsung menguntungkan Gibran.

Meskipun tetap menjadi partai terbesar di DPR, keterwakilan PDI-P telah turun dari 21 persen menjadi sekitar 16 persen, yang semakin melemahkan pengaruhnya.

Penangkapan Hasto dan Implikasi Politiknya

Baik Megawati maupun Prabowo awalnya mengisyaratkan kesediaan untuk bekerja sama, tetapi ketegangan meningkat setelah Hasto ditetapkan sebagai tersangka korupsi pada Desember 2024.

Hasto, yang telah menjabat sebagai sekretaris jenderal PDI-P selama lebih dari satu dekade, merupakan salah satu ajudan terdekat Megawati. Penangkapannya telah memicu tuduhan dari PDI-P bahwa kasus tersebut bermotif politik, dengan partai tersebut mengklaim bahwa Hasto menjadi sasaran kritiknya terhadap peran Jokowi dalam pemilihan umum lalu.

Namun, KPK membantah adanya campur tangan politik, dan menyatakan mereka memiliki bukti kuat yang menjerat Hasto dalam penyuapan pejabat senior pemilu untuk mengamankan kursi parlemen bagi sesama eksekutif PDI-P Harun Masiku.

Skandal yang Berlangsung Selama Bertahun-tahun

Kasus ini telah berada dalam penyelidikan KPK sejak 2020, tetapi upaya untuk mengadili para tersangka terhenti ketika Harun melarikan diri dan masih buron -- diduga dengan bantuan Hasto.

Pada 20 Desember 2024, KPK secara resmi menetapkan Hasto sebagai tersangka utama dalam kasus suap tersebut, dan dalam hitungan hari, ia resmi ditetapkan sebagai tersangka korupsi. Seorang hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan baru-baru ini menolak gugatan hukumnya terhadap penyidikan tersebut.

Skandal ini bermula pada pemilu 2019, ketika PDI-P berupaya mengamankan kursi DPR yang kosong akibat meninggalnya seorang anggota DPR terpilih. Undang-undang pemilu Indonesia menyatakan bahwa kursi tersebut harus diberikan kepada peraih suara terbanyak kedua dari partai yang sama di daerah pemilihan tersebut. Namun, Harun, yang berada di peringkat ketiga, diduga didorong untuk menduduki posisi tersebut melalui penyuapan.

KPK menduga Hasto secara aktif membantu Harun menghindari penangkapan, diduga memerintahkannya untuk menghancurkan ponselnya dan melarikan diri ke luar negeri. Hasto juga dituduh melakukan manipulasi saksi, diduga menekan saksi kunci untuk memberikan keterangan palsu.

Siapakah Harun Masiku?

Harun Masiku, mantan calon legislatif PDI-P, menjadi simbol pemberantasan korupsi di Indonesia setelah menghilang pada tahun 2020, tepat saat KPK memulai penyelidikannya.

Awalnya seorang tokoh yang tidak menonjolkan diri, Harun menjadi terkenal secara nasional karena diduga menyuap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan untuk menghindari aturan pemilu dan mengamankan kursi DPR.

Meskipun telah berupaya keras, penegak hukum gagal menemukannya, dengan spekulasi bahwa ia melarikan diri ke luar negeri. Ketidakhadirannya yang berkepanjangan telah memicu kritik publik terhadap pemerintah dan kemampuan KPK untuk menangkap buronan penting.

Sementara itu, Wahyu Setiawan, pejabat pemilu yang dipermalukan, divonis bersalah atas korupsi dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara pada Agustus 2020. ***