Menu

Anak Muda Jepang Mulai Malas Berhubungan Intim dan Menikah, Ternyata Ini Alasannya

Riko 3 Apr 2019, 22:23
Anak-anak muda Jepang mulai malas menikah (foto/ilustrasi)
Anak-anak muda Jepang mulai malas menikah (foto/ilustrasi)

RIAU24.COM - Rabu 3 April 2019, Pada penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa sebagian populasi Jepang terkhusus anak muda terjadi pergeseran dalam gaya hidup. Pergeseran itu mengenai pola pikir masyarakat yang hidup tanpa seks atau ikatan pernikahan.

Dilansir dari Okezone, memang kehidupan di Jepang telah berubah drastis sejak 90-an. Semakin banyak masyarakat Jepang yang berjuang untuk menemukan kebahagiaan dalam apa yang mereka sebut dengan “hubungan tradisional”.

Namun budaya pemuda Jepang ada yang memilih untuk melakukan hubungan tanpa aspek keintiman. Jepang tanpa seks dinilai hasil dari generasi muda yang sebagian besar memutuskan untuk tidak mengikuti jalan yang sama dengan orang tua mereka.

Beberapa ahli berpendapat bahwa masyarakat Jepang yang seperti ini bisa menjadi tanda pergerakan global di masa depan. Berikut ini alasan masyarakat Jepang memilih untuk tidak berhubungan intim, seperti yang dilansir dari ranker.

1. Biaya hidup di Jepang mahal. Sejak pertengahan '90-an, ekonomi Jepang mengalami stagnasi. Sehingfa inflasi telah mendorong harga naik dalam segala hal, termasuk properti. Itu telah membuat semakin sulit bagi keluarga Jepang untuk menutupi biaya. Orang dewasa juga menunggu lebih lama untuk menikah dan memiliki anak.

2. Perkotaan yang dirancang bisa ditinggali untuk individual. Tokyo menawarkan ribuan opsi untuk satu orang. Kota Jepang seperti Tokyo memiliki tingkat kejahatan rendah, sehingga memungkinkan bagi siapa pun untuk hidup sendiri dengan sedikit perhatian terhadap keselamatan mereka.

3. Penelitian menunjukkan orang berpendidikan di Jepang sedikit keinginan untuk melakukan hubungan seks daripada orang-orang yang kurang berpendidikan. Penduduknya yang sangat cerdas akan semakin menjauhi seks. Terikat tetapi tidak secara intim.

4. Antara karier dan keluarga. Menjadi ibu yang bekerja di Jepang itu sulit. Negara ini terkenal karena jam kerja yang panjang, yang membuatnya sangat sulit untuk melakukan pekerjaan dan membesarkan keluarga. Menurut beberapa statistik, sekira 70 persen wanita Jepang pada dasarnya terpaksa berhenti bekerja setelah memiliki anak pertama mereka.

5. Munculnya pacar virtual. Sejak 2010, Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang menemukan bahwa 36 persen pria Jepang berusia 16-19 tahun tidak tertarik pada seks. Angka itu naik dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Beberapa pria ini memilih untuk terlibat dalam hubungan dengan pacar virtual yang mensimulasikan pria dan wanita sejati. Alasan nomor satu yang diberikan untuk memilih hubungan virtual daripada hubungan nyata adalah karena berpacaran dengan pacar virtual akan menjadi lebih mudah.

6. Komitmen dilihat sebagai beban. Di Jepang, tujuan pernikahan sering dianggap sebagai reproduksi. Sejumlah besar anak muda, khususnya perempuan, mengatakan kepada Institut Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang bahwa tetap melajang lebih disukai. Perasaan akan komitmen dan pernikahan sebagai beban, memengaruhi pria dan wanita. 

7. Tidak apa-apa menjadi “Herbivora”. Laki-laki tanpa seks menjadi begitu umum di Jepang, sehingga bahkan ada istilah untuk mereka: soushoku danshi, yang diterjemahkan menjadi "laki-laki pemakan rumput." atau "herbivora." Laki-laki heteroseksual umumnya menggambarkan diri mereka lebih sensitif dan biasanya tidak tertarik pada seks.