Menu

Warga Desa Air Putih Bengkalis Ini Ciptakan Pesawat Tanpa Awak, Terbang Selama 1,5 Jam

Dahari 9 Oct 2019, 10:36
Andi, warga Desa Air Putih, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis yang menciptakan pesawat tanpa awak (foto/hari)
Andi, warga Desa Air Putih, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis yang menciptakan pesawat tanpa awak (foto/hari)

RIAU24.COM -  BENGKALIS - Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bengkalis, memuji keberhasilan sosok Andi, warga Desa Air Putih, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis yang menciptakan pesawat tanpa awak. Pesawat nir-awak itu diklaim mampu terbang di udara selama 1,5 jam.

Hebatnya, hasil karyanya tersebut langsung diperoleh Andi hanya bermodal ilmu secara autodidak atau mendapat keahlian dengan belajar sendiri menggunakan media sosial (Medsos). Bahkan mampu terhubung langsung dengan satelit.

zxc1

Selain mampu terbang selama 1,5 jam itu, pesawat tanpa awak ciptaan Andi itu juga mampu memotret dan merekam video dari ketinggian.


"Kami Komisi IV sangat mengapresiasi ide dan upaya inovatif Dinda Andi ini. Secara swadaya telah menciptakan sejenis pesawat yang dapat mengudara selama 1,5 jam dan dapat memotret serta merekam dari ketinggian,"kata Ketua Komisi IV DPRD Bengkalis, Sofyan, S.Pd.I, Selasa 8 Oktober 2019 petang kemarin.

zxc2

Sofyan yang merupakan anggota DPRD Bengkalis dari Partai PDI-Perjuangan itu, juga bersama salah satu Anggota DPRD Bengkalis, Irmi Syakip Arsalan yang mengaku sudah melihat langsung sistem kerja dari karya Andi tersebut dari dekat.

"Kemudian hebatnya, karya Andi ini juga dapat terkoneksi langsung dengan satelit, hasilnya juga sudah kami lihat dan cukup bagus. Ini adalah salah satu langkah inovatif yang dilakukan oleh putra Bengkalis dan ini harus didukung," ungkapnya.

Kesempatan ini Sofyan juga berharap kepada pemerintah daerah (Pemda) bisa mengalokasikan anggaran dan memperbanyak pesawat karya anak daerah ini, karena hasil karyanya itu juga telah memperoleh penghargaan dari daerah lain.

"Karya ini juga diharapkan bisa dimanfaatkan atau digunakan oleh perangkat daerah (PD) seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seperti untuk mendeteksi daerah rawan kebakaran lahan, bisa juga untuk mendeteksi daerah abrasi pantai atau untuk pemetaan wilayah," ujarnya.

"Karya ini sudah menggunakan teknologi kekinian dan bisa diproduksi tinggal dipatenkan saja biaya berkisar Rp15-20 juta. Kami sangat kagum dengan hasil karya ini dan sebagai bentuk apresiasi nanti akan kami undang secara khusus untuk mempraktikkan agar bisa disaksikan bersama-sama," pungkas Sofyan. (R24/hari)