Menu

Heboh, Trump Klaim AS Ingin Mengamankan Minyak di Suriah Ketimbang Memerangi Teroris

Riko 19 Oct 2019, 14:15
Donald Trump
Donald Trump

RIAU24.COM -  Sebuah peryataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghebohkan Twitter. Dimana Trump mengatakan Amerika Serikat (AS) telah mengamankan minyak di Suriah. 

Akibat dari komentarnya itu selain memicu kehebohan juga memicu spekulasi bahwa dia akan mempertahankan pasukan Amerika di sana karena hanya tertarik pada minyak daripada memerangi teroris.

Komentar membingungkan Trump itu muncul dalam tweet-nya saat memuji gencatan senjata yang dinegosiasikan antara AS dan Turki. Menurutnya, semuanya berjalan dengan baik, di mana para teroris Islamic State atau ISIS yang telah ditangkap di Suriah mendapat penjagaan ganda oleh pasukan Turki dan Kurdi.

"Baru saja berbicara dengan Presiden @RTErdogan dari Turki. Dia mengatakan kepada saya bahwa ada sniper kecil dan tembakan mortir yang dengan cepat dihilangkan. Dia sangat ingin gencatan senjata, atau jeda, bekerja. Demikian juga, Kurdi menginginkannya, dan solusi utama, terjadi," tulis Trump di akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, Jumat 18 Oktober 2019 malam.

"Sayang sekali tidak ada pemikiran ini bertahun-tahun yang lalu. Sebaliknya, selalu diadakan bersama dengan pembalut luka yang sangat lemah, dan secara artifisial. Ada niat baik di kedua sisi dan peluang yang sangat bagus untuk sukses. AS telah mengamankan minyak, dan petempur ISIS diamankan ganda oleh Kurdi dan Turki," lanjut Trump.

Para jurnalis, pakar, kelompok think tank, dan kritikus presiden secara umum telah memusatkan perhatian pada komentar Trump yang mengklaim AS telah mengamankan minyak di Suriah.

Nicholas Heras dari kelompok think tank liberal CNAS menyimpulkan komentar Trump bahwa AS menjaga sisa kekuatan di lembah Sungai Eufrat tengah, yang bertentangan dengan laporan sebelumnya bahwa semua pasukan AS akan ditarik kecuali untuk wilayah garnisun kecil di At-Tanf yang berbatasan dengan Yordania.

"AS telah mengamankan minyak, apakah itu berarti Amerika Serikat menyimpan kekuatan residu di Suriah," kata Heras via akun Twitter-nya, @NicholasAHeras.

Washington telah mempertahankan sejumlah kecil operator pasukan khusus di Suriah selama beberapa tahun terakhir, yang bertentangan dengan hukum internasional. AS mengklaim tujuan pasukannya di Suriah adalah membantu milisi Kurdi melawan ISIS.

Seorang mantan perwira intelijen AS yang menggunakan akun Twitter @Stonekettle mempertanyakan klaim Trump soal AS mengamankan minyak di Suriah."Mengingat bahwa saya seorang pensiunan perwira intelijen AS, saya sangat akrab dengan ladang minyak Timur Tengah. Izinkan saya mengklarifikasi pernyataan Trump; 'AS telah mengamankan minyak'," katanya, seperti dikutip Russia Today.

"Ladang minyak apa di Suriah yang telah dijamin AS? Tunjukkan pada saya minyak, minyak Suriah yang dijamin oleh AS. Tunjukkan itu pada saya," lanjut dia. "Minyak apa yang dia bicarakan?," imbuh dia.

Wilayah-wilayah yang dibebaskan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF)—yang dipimpin milisi Kurdi— dari pendudukan ISIS ini mencakup banyak tanah pertanian dan ladang minyak Suriah di sebelah timur Sungai Eufrat. Wilayah itu AS tolak untuk mengembalikannya kepada pemerintah Assad di Damaskus.

Ketika Turki menyerbu Suriah timur laut pekan lalu untuk mengejar milisi Kurdi yang telah mereka nyatakan sebagai teroris, Kurdi dilaporkan membuat kesepakatan dengan Damaskus agar pasukan pemerintah Assad dikerahkan ke perbatasan Suriah-Turki. Kesepakatan itu dilaporkan untuk menjaga ladang minyak dan seluruh wilayah tersebut.

Gedung Putih belum berkomentar atas pernyataan Trump soal AS telah mengamankan minyak di Suriah. Selama ini pemerintah Washington mengklaim tidak tertarik untuk menguasai minyak Suriah dalam operasi militernya di negara Assad tersebut.

 

Sumber: Sindonews