Menu

Soal Muslim Uighur, Moeldoko Sebut Istana Tak Mau Ikut Campuri China

Riko 23 Dec 2019, 21:11
Moeldoko bertemu dengan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian
Moeldoko bertemu dengan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian

RIAU24.COM -  Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak mau ikut campur atas dugaan diskriminasi dan pelanggaran HAM terhadap muslim Uighur di Xinjiang, China, yang terus menjadi sorotan dunia. 

Dia beralasan menghargai batas kewenangan sebuah negara untuk mengatur internalnya merupakan prinsip standar dalam hubungan diplomatik. 

Moeldoko menilai persoalan Uighur sudah menjadi kewenangan China. Sebab, kata dia, semua negara memiliki kedaulatannya masing-masing untuk mengatur negaranya.

"Jadi pemerintah Indonesia tidak ikut campur dalam urusan negara China mengatur dalam negerinya. Sudah itu prinsip-prinsip yang standar dalam hubungan internasional," ujar Moeldoko di Kantor Staf Kepresidenan, melansir dari Kumparan. Senin 23 Desember 2019.

"Saya pikir sudah dalam standar internasional bahwa kita enggak memasuki urusan dalam negeri masing-masing negara. Masing-masing negara punya kedaulatan untuk mengatur negaranya, gitu,"sambungnya.

Sebelumnya, Moeldoko telah bertemu dengan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian. Dalam pertemuan yang digelar pada 17 Desember 2019 itu, Xiao Qian menjelaskan warga Muslim Uighur di Xinjiang dalam kondisi aman. Bahkan dia mempersilakan masyarakat Indonesia untuk berkunjung dan melihat langsung keadaan warga Muslim di China. 

"Silakan jika ingin berkunjung, beribadah, dan bertemu dengan masyarakat Muslim Uighur," kata Xiao Qian di Kantor KSP, Jakarta Pusat, Selasa 17 Desember 2019.

Sebagai catatan, saat ini, muslim Uighur dilaporkan mengalami persekusi di dalam kamp vokasi buatan China. Laporan PBB dan media utama arus dunia menyebut muslim Uighur diduga dipaksa meninggalkan keislamannya dan dipersekusi di dalam kamp. Namun China membantahnya, dan menegaskan kamp itu dibangun untuk menangkal warganya yang terpapar radikalisme, terorisme, dan separatisme.