Menu

Dari Sekian Banyak Konflik Harimau Sumatera di Riau, Ini Kasus yang Paling Membuat Repot

Siswandi 17 Jul 2020, 11:15
Aksi harimau Bonita yang sama sekali tak memperlihatkan rasa takut saat mencegat petugas meski di siang hari. Foto: int
Aksi harimau Bonita yang sama sekali tak memperlihatkan rasa takut saat mencegat petugas meski di siang hari. Foto: int

RIAU24.COM -  Provinsi Riau termasuk salah satu daerah di Tanah Air yang memiliki catatan konflik yang tinggi, antara manusia dan Harimau Sumatera. Hal itu disebabkan Riau masih menjadi sarang bagi hewan yang dilindungi ini. Namun dari sekian banyak konflik yang terjadi, kasus harimau betina bernama Bonita, adalah yang paling membuat repot. 

Selama konflik berlangsung, Bonita 'sukses' menebar teror bagi masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir. Korban jiwa juga muncul karena amuk sang harimau betina itu. Tak hanya itu, aktivitas masyarakat di tempat Bonita beraksi, juga sempat terganggu.  

Harimau betina itu akhirnya diamankan di sekitar di Estate Eboni PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), 20 April 2018 silam. Hewan itu diamankan setelah menguras waktu, tenaga dan pikiran dari petugas dan instansi yang tergabung dalam operasi itu. 

Usai ditangkap, Bonita dievakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Sumatera Barat. Saat ini, Bonita sudah kembali dilepasliarkan ke alam bebas. Pena

Kondisi itu dibenarkan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Suharyono, saat penyerahan 47 penghargaan kepada sejumlah instansi di Riau yang dinilai berperan dalam penanganan konflik harimau di Bumi Lancang Kuning. 

Penghargaan diserahkan Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistim (KSDAE), Wiratno, di Kantor Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Kamis (16/7/2020) kemarin di Pekanbaru.

Menurut Suharyono, butuh waktu hingga dua tahun sebelum Bonita akhirnya berhasil diamankan dengan selamat. “Bahkan setelah kasus Bonita, konflik harimau seperti tidak selesai-selesai,” lontarnya, dilansir antara. 

Namun demikian, Suharyono bersyukur ada hikmah dalam upaya bersama tersebut karena adanya kekompakan dari semua pemangku kebijakan untuk saling membantu. Pihak perusahaan dinilai juga banyak membantu dalam penanganan konflik tersebut.

Sementara itu, Wiratno menyampaikan apresiasi, kepada seluruh pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam upaya penanganan konflik harimau sumatera dan manusia di Bumi Lancang Kuning. “Ini penghargaan yang paling banyak saya serahkan dalam sehari selama jadi Dirjen,” ungkapnya. 

"Penghargaan ini tak ternilai harganya. Terima kasih kami ucapkan, salam dari Ibu menteri (LHK) karena Anda semua begitu tulus melakukan upaya penyelamatan harimau ini,” ujarnya lagi.

Ia berharap kegiatan ini adalah momentum yang bagus untuk kolaborasi semua pihak agar konflik tidak terjadi lagi. Pihak pemegang konsesi juga diharapkan menjaga areanya dari jerat dan aktivitas perburuan yang mengancam satwa dilindungi.

“Tolong lakukan pembersihan jerat, jangan sampai ada jerat di konsesi perusahaan,” ingatnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Inhil Samsudin Uti usai penyerahan penghargaan menyatakan apresiasinya terhadap jajaran BBKSDA Riau karena selalu merespon cepat ketika menerima laporan konflik harimau dan manusia di Inhil. 

Ia berharap ada strategi dari KLHK untuk mencegah konflik satwa dilindungi dengan manusia. Karena, Kabupaten Inhil terdapat banyak Harimau Sumatera.  “Tentu kita tak ingin ini. terus terjadi karena harimau sumatera adalah satwa yang harus kita jaga agar tak punah,” ujarnya. ***